Mohon tunggu...
L Faiz
L Faiz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nothing but To Share

Bersemangat untuk Bermanfaat Meski Hanya dengan Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengharmoniskan Konflik dengan Negosiasi

28 Oktober 2021   23:49 Diperbarui: 29 Oktober 2021   00:24 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai manusia, kita tentu saja tidak lepas dari yang namanya permasalahan kehidupan. Kehidupan manusia yang beragam sering menciptakan problematika masing-masing sesuai dengan sudut pandang yang ada. 

Terkadang, ada yang melihat sebagai masalah yang benar-benar sudah menjadi masalah yang dalam kehidupannya, ada yang menyikapinya sebagai tantangan atau ujian hidup, atau bahkan ada yang hanya santai dalam menanggapi masalah mereka. Memang, permasalahan kehidupan orang-orang tidak sama satu sama lain. 

Namun, jika ditilik lebih lanjut lagi, permasalahan yang orang-orang miliki akan bermuara menjadi sebuah konflik apabila diteruskan hingga berlarut-larut. Konflik inilah yang menjadi salah satu hal yang dapat mengubah kehidupan seseorang.

Konflik sendiri dialami oleh berbagai orang dalam model yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk seperti pikiran yang tidak memiliki akhir hingga konflik dengan sesama manusia itu sendiri. Terutama pada orang-orang yang telah bekerja. Konflik ini  bisa jadi suatu momok yang menyiksa sekali. 

Biarpun konflik ini hanya konflik ringan, tapi tidak dapat dipungkiri, konflik mampu berpengaruh besar terhadap korbannya. Namun, pernahkah kita menyadari, bahwa konflik yang kita miliki bisa kita bawa ke meja kedamaian? Jika ada yang berfikiran dengan cara berpelukan, itu tidak sepenuhnya salah, namun salah satu yang menjadi topik pembahasan kita kali ini adalah negosiasi. 

Seberapa pentingnya sebuah negosisasi terhadap penyelesaian konflik itu? Dan apakah benar-benar konflik yang kita miliki dapat benar-benar hilang ?

Sebelum masuk kedalam poin negosiasi, kita lebih baik dulu memahami terlebih dahulu mengenai konflik itu sendiri. Menurut Fisher, konflik merupakan hubungan dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang mempunyai, atau yang merasa mempunyai, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. 

Sedangkan Fuad dan Maskanah menjelaskan bahwa konflik merupakan suatu benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai, status, dan kekuasaan, dimana masing-masing pihak memiliki kepentingan terhadap sumberdaya alam.

Memahami pemicu dari apa yang dapat menyebabkan konflik membuat resolusi dalam menghindari konflik lebih mudah dicapai dan konflik lebih mudah dihindari sejak awal. Ada banyak sekali alasan mengapa konflik dapat terjadi di tempat kerja maupun organisasi yang ada, namun ada sejumlah kecil penyebab konflik yang paling umum terjadi. 

Bell (2002) merumuskan enam alasan utama terjadinya konflik di tempat kerja dan pada tahun 2009, Hart kembali menambahkan dua alasan terkait hal tersebut. 8 penyebab ini umumnya dianggap sebagai alasan utama konflik dapat terjadi dalam suatu organisasi.

  • Sumber daya yang saling bertentangan

Karyawan mengandalkan akses sumber daya, seperti teknologi, perlengkapan kantor, dan ruang rapat, untuk bekerja secara efektif. Sayangnya, tidak mungkin bagi setiap orang untuk mengakses sumber daya yang mereka inginkan setiap saat. Jika alasan seseorang tidak dapat mengakses sumber daya adalah karena orang lain menggunakannya, maka ini dapat menyebabkan konflik.

  • Gaya yang saling bertentangan

Metode organisasi, komunikasi, dan ketepatan waktu yang berbeda sangat umum di organisasi mana pun. Pada umumnya, hal tersebut efektif untuk dilakukan, karena setiap individu diizinkan untuk bekerja dengan gaya mereka sendiri. Namun, ketika menyangkut tugas tim, ini bisa menjadi konflik, karena beberapa individu harus berkompromi tentang bagaimana pekerjaan itu dilakukan.

  • Persepsi yang bertentangan

Persepsi yang berbeda tentang apa tujuan organisasi, metode yang digunakan dan siapa yang bertanggung jawab atas apa yang sering dapat menyebabkan konflik. Komunikasi yang terbuka dan transparan adalah kunci untuk menghindari hal ini terjadi.

  • Tujuan yang bertentangan

Seringkali petinggi perusahaan atau organisasi yang berbeda akan menetapkan target dan tujuan untuk individu yang sama dan ini sering dapat menyebabkan penetapan tujuan yang bertentangan. Misalnya, sulit untuk memberikan ketepatan dan kualitas kerja  dan karena hal yang bertentangan tersebut berdasarkan pada ketetapan kedua target ini yang dapat menyebabkan masalah.

  • Tekanan yang saling bertentangan

Tekanan yang saling bertentangan mirip dengan tujuan yang saling bertentangan, kecuali mereka biasanya ada dalam waktu yang lebih singkat. Salah satu individu mungkin ditekan untuk menyelesaikan dua tugas yang berbeda oleh dua manajer yang berbeda dan ini dapat menyebabkan konflik.

  • Peran yang saling bertentangan

Seringkali pegawai diminta untuk melakukan tugas yang biasanya tidak menjadi tanggung jawab mereka. Hal ini dapat menyebabkan konflik karena individu merasa tugas tersebut tidak sesuai untuk mereka atau individu lain percaya itu untuk mereka. Meskipun hal ini dapat dihindari dengan mendelegasikan tugas yang sama kepada individu yang sama, membedakan peran anggota tim yang dimiliki dapat menjadi kesempatan yang baik untuk belajar dan berkembang.

  • Nilai pribadi yang berbeda

Nilai-nilai pribadi menentukan cara kita berperilaku dan pekerjaan yang kita hasilkan. Seringkali, individu akan tidak setuju tentang tindakan yang harus mereka ambil karena nilai-nilai pribadi mereka dan ini dapat menyebabkan konflik.

  • Kebijakan yang tidak dapat diprediksi

Aturan dan kebijakan tidak selalu dikomunikasikan di seluruh organisasi secara efektif. Ini dapat menyebabkan pemahaman yang buruk tentang mereka dan kebingungan di antara anggota tim. Penting untuk memastikan kebijakan, dan khususnya perubahannya, dikomunikasikan secara efektif ke seluruh organisasi untuk menghindari konflik seperti ini terjadi.

Setelah memahami konflik dan mengapa konflik tersebut bisa terjadi. Barulah kita menuju poin negosiasi. Negosiasi menurut Fisher & Ury (1991) dapat dijelaskan sebagai bentuk komunikasi dua arah untuk mencapai kesepakatan diantara kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama maupun berbeda , tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah. 

Namun biasanya negosiasi biasa terdiri dari pihak pertama dan kedua yang menjadi pihak yang bernegosiasi dan pihak ketiga yang menjadi penengah. Karena pada dasarnya tujuan negosisasi ialah memungkinkan kedua belah pihak yang saling berselisih menemukan kesepakatan secara adil dan dapat memenuhi harapan atau keinginan dari kedua belah pihak yang ada tanpa dirugikan satu sama lain.

Untuk mewujudkan kedamaian dalam konflik yang terjadi, negosiasi harus dilaksanakan dengan matang. Terdapat dua komponen dalam sebuah negosiasi yaitu Adversary dan Negosiator. 

Oleh karena itu, negosiasi sejatinya harus diwujudkan secara win-win solution, yang mana semua diuntungkan atas negosiasi yang terjadi. Dengan cara tersebut maka pihak yang bernegosiasi akan merasa saling legowo dalam menerima keputusan bernegosiasi. 

Jangan sungkan untuk saling tawar-menawar. Tawar-menawar disini merupakan sebuah tindakan untuk saling mengungkapkan apa yang diinginkan. 

Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang lebih dalam. Hindari juga misskomunikasi yang menyebabkan salah satu pihak merasa tertekan apalagi dirugikan, sekali lagi, hindari misskomunikasi. Saling mengerti satu sama lain agar hasil negosiasi yang dicapai dapat terpenuhi secara utuh tanpa ada rasa kebencian.

Dari beberapa hal tersebut merupakan sejatinya konflik dapat dinetralisir. Namun terkadang ada pihak yang memang sukar untuk menerima negosiasi, oleh karena itu dalam menyikapi hal tersebut, kita hendaknya berfikiran luas akan dampak yang terjadi apabila konflik yang kita miliki tidak kunjung reda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun