Apakah melejitnya performa anak asuh Ranieri disebabkan oleh aktivitas transfer musim panas lalu? Jika melihat datanya, Leicester City tidak terlalu royal menghabiskan uangnya untuk berbelanja pemain. Tidak seperti Chelsea kala pertama kali diakuisisi Roman Abramovic atau Manchester City di tahun pertama Syeikh Mansour menjadi pemilik klub. Total manajemen Leicester City hanya menghabiskan 38,2 juta Poundsterling untuk lima pemain di musim 2015-2016. Di antara lima pemain tersebut tidak ada satu pun yang berlabel bintang.
Shinji Okazaki menjadi penggawa termahal yang digaet Ranieri dengan mahar 11 juta Pounsterling dari Mainz. Dan jika dibandingkan dengan aktivitas transfer musim 2014-2015, tidak ada perbedaan signifikan. Saat itu Leicester City mengeluarkan dana lebih kecil dari tahun ini yaitu 22,8 juta pounsterling. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa aktivitas transfer bukanlah faktor pembeda yang membuat tim ini tampil sensasional musim ini.
[caption caption="Fasilitas Latihan Leicester City"][/caption]
Performa apik di atas lapangan juga ditopang oleh faktor-faktor di luar lapangan yang terorganisir dengan baik. Dalam hal ini, Ranieri patut berterima kasih pada Nigel Pearson yang telah membuat fasilitas latihan menjadi sangat tertata. “Saya meninjau staf, peralatan kebugaran, perekrutan, video analysis, semuanya luar biasa. Mengapa saya harus merubahnya? Organisasinya sempurna” ujar Ranieri.
Paruh musim tinggal menyisakan 5 pertemuan lagi. Sejauh ini, lawan-lawan tangguh yang belum dijumpai The Foxes tersisa Chelsea, Liverpool, dan Manchester City. Ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sampai kapan performa impresif Leicester City ini akan berlangsung? Akankah mereka kehabisan bensin di tengah jalan? Mari kita nikmati panasnya persaingan Liga Premier Inggris sembari berharap kejutan-kejutan lain dari Leicester City dan tim-tim lainnya.
