Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saat Isoman, Ditemani...

9 Juli 2021   03:42 Diperbarui: 10 Juli 2021   12:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang malam itu anak di antar ke rumah yang ketiga. Rumah yang menurut anak juga masih milik orang budiman tersebut. Kami bersyukur ada orang baik dan berada merelakan rumah miliknya ditempati isoman. Pandemi ini menggugah empati dan simpati tanpa pandang bulu, memafhumi bahwa penyintas covid perlu dibantu.

Malam itu anak sendirian. Nikmatilah tafakkurmu nak. Engkau sudah besar. Engkau harus menempa kebesaran jiwamu dibalik besar tubuhmu. Mau tidak mau, sukarela atau terpaksa anak harus menjalaninya. Toh sudah terbiasa kos sendiri semenjak kuliah. Pasti mampu sekedar mengelola kegelapan, keheningan dan tanpa teman hadir menemani. Hanya kali ini ditambah dengan nyeri, pusing, sesak, lemas yang sepwnuhnya adalah ketidaknyamanan.

Setiba disana, potret keadaan dalam rumahnya dibagi ke kami. Seperti rumah aula. Satu ruang sedang tanpa kamar. Kata anak lokasi di dekat mushola atau masjid. Kamar mandi luar bergandeng dengan tempat wudlu jamaah. Kami lega.

Anak menyebutnya rumah kebun, karena mungkin disekelilingnya banyak tumbuh tanaman peliharaan. Tetapi dalamnya sangat layak. Ventilasi bagus, terbuka. Baik untuk isoman. 

Malam itu anak menikmati kesabarannya menahan nyeri menderu hadir di otot dan tulang. Kepala pusing tak tertahan. Demam panas dingin hadir tanpa diundang. Nafas sesak ditanggung sendirian. Badan lemas tak mampu dan tak kuasa untuk beringsut apalagi berjalan. Merasakan sendiri, jauh dari segalanya. Hanya angin malam dan mungkin semakin nelangsa rasa dijauhi teman, seperti pesakitan yang membahayakan. 

Malam pun lewat. Kami pun terlelap. Pagi dalam sujud subuh di masjid pun kutenggelamkan dahi dalam doa lebih lama.

"Ya Allah, pulihkanlah sehatnya tubuh ananda. Sembuhkan sakitnya. Kuatkanlah mental dan jiwanya untuk menerima cobaan ini dengan makin dekat padaMu"

Pagi itu tanggal 30 Juni 2021, Sapaan pertama kami adalah, 

"Bagaimana tadi malam lee, keadaannya ?"

"Tetap. tak ada perubahan. Sama dengan kemarin. Rasa makin hilang. tak mencium apa-apa". ini dikatakan dalam chat atau saat telfon dengan ibunya. 

Kemudian hari barulah saya faham, pertanyaan itu salah. Secara naluri fikiran anak yang sedang sakit, akhirnya bekerja untuk memerinci sakit-sakitnya. Itu berkontribusi negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun