Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saat Anak Disapa Delta

8 Juli 2021   07:56 Diperbarui: 9 Juli 2021   04:21 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, hal tak terduga juga menimpa kami. Yang tidak semua orang berharap itu terjadi. Hal yang makin menguatkan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Berkehendak atas segala urusan makhluk. 28 Juni 2021 lalu, anak lelaki mbarep kami, habis test swab dan hasilnya positif. Nama panggilannya saya sebut disini anak.

Sedih ? jelas. Mana ada ortu yang mati rasa dengan keadaan anaknya. Lebih-lebih ibunya. Mendengar suara ambulan berseliweran di kejauhan dan membaca berita saudara atau tetangga jauh meninggal karena covid saja sudah menyentuh dan bikin trenyuh. Apalagi ini menimpa buah hati.

Tak pelak kami ortunya, agak ngeblank dan kebingungan. Pasalnya saat ini anak berdomisili di Depok, Jabar yang memang sedang berada dalam wilayah zona merah. Jauh di wilayah barat sana, sementara kami ada di kupang NTT, di Indonesia timur.

Agak bingung menyikapi, karena tangan tak mampu merengkuh. Tidak bisa berbuat apa-apa bahkan untuk sekedar memberi teh hangat. Satu-satunya tindakan adalah intens berkomunikasi. Komunikasi disini terbatas via chat WA dan call. Lebih pada tujuan menghibur dan mengangkat semangatnya, disamping menanyakan keperluan apa saja yang dibutuhkan. Yang sering bikin kebat-kebit adalah, karena sedang sakit anak tidak antusias menjawab chat kami. Sementara ortu berharap segera ada kejelasan. Galau 'setengah mati', sebutan orang Kupang.

Tetapi setiap ada jawaban dari anak, itu  menghibur dan menenangkan diri kami. Itulah kekuatan berbagi. Disitulah kami bisa merasakan suara hembusan paru-paru mengambil nafas, sambil mendudukkan situasi dan menyusun rencana solusi.

Bagaimana kejadiannya ? Saya tuliskan cerita ini dengan harapan ada manfaat, dari sekedar bacaan atau mungkin bisa menjadi pelajaran. Dan saya bersimpati pada emua keluarga Indonesia yang mengalami hal yang sama dan mungkin lebih berat cobaan yang ditanggungnya. Hanya pada Allah kita meminta pertolongan.

Cobaan Saat Berjuang di Fasa Kehidupan

Kilas dalam beberapa hari terakhir, sekitar tanggal 23 - 26 Juni saat itu, dalam komunikasi kami, anak memang terlihat kecapekan. Agak meriang dan sedikit batuk. Kami anggap biasa. Hal yang seringkali anak alami saat perubahan cuaca atau kecapekan. Begitu juga saat kegiatan sedang padat-padatnya di kampus. Ada sedikit bawaan asma, seperti Ibunya. 

Pikir kami, memang anak sedang dalam perubahan ritme aktivitas sejak persiapan PKL dari Malang dan hampir 2 minggu di Depok. PKL di gedung Kemendagri, Jakarta yang totalnya diikuti 9 mahasiswa akhir semester VI, Prodi Statistika salah satu universitas populer di Malang.

Bersembilan tinggal di dua rumah di wilayah Sekarjaya dan Pamoras Depok, Jabar. Rumah ini disediakan seorang yang budiman - demikian kami sebut yang menjadi sahabat baik Dosen pembimbing PKL, Dosen muda, Doktor Statistik dengan berderet prestasi. Beliaulah yang memfasilitasi dan menjembatani PKL di Kemendagri dalam kerangka hibah riset. 

Jadi tinggalnya di Depok, Jabar yang berjarak hampir 1 jam untuk menuju kantor kemendagri di Jakarta Pusat. Berangkat dengan KRL, pulang dengan KRL atau grabcar. Setiap usai subuh harus sudah bersiap untuk berburu KRL menuju kantor dan nanti usai sekitar jam 5 atau 6 sore. Malam sekitar jam 8 sudah tiba kembali di rumah Depok. Itulah rutinitas hariannya. 

Suasana di dalam KRL Depok - Jakarta, 26 Juni 2021 (dokpri)
Suasana di dalam KRL Depok - Jakarta, 26 Juni 2021 (dokpri)

Saya bisa membayangkan ritme yang padat tersebut. Itulah situasi orang kerja. Anak juga bisa mengamati langsung bagaimana dinamika warga yang dinamis dalam memperjuangkan hidup. Hal yang sama sekali berbeda dengan keseharian mahasiswa yang menikmati statusnya sebagai anak kampus yang hari-harinya belajar atau diselingi dengn masin game online. 

Saya memahami, diusia muda jika diisi dengan aktivitas positif, tidak ada capeknya. Apalagi bersama-sama dengan teman-teman seperjuangan. Ada kebersamaan yang melekat kuat. Saat-saat tertentu ada merasakan lelah, tetapi  selalu ada fase istirahat dan relaksasi, yang memompa semangat lagi. Itulah hidup.

Kami sangat support pada anak untuk PKL disana.  Kami menyemangati, ada perjuangan menggapai sukses dunia, tetapi jangan lupa dengan urusan akherat. Kami juga bertanya bagaimana sholat di kantor? Selalu jamaah dengan teman dan pegawai kantor lainnya. Itu yang melegakan. Sebagai seorang hamba, simpul religiusitas tidak boleh tercerabut dari rutinitas sehari-hari.

Selagi masih muda memang pengalaman apapun akan membelajarkan untuk menghargai setiap usaha dalam kehidupan. Menjadi orang sukses itu tidak mudah. Perlu niat, kreatifitas dan kesungguhan. Pun demikian, interaksi sesama dalam kegiatan ritual dan kajian juga akan memperkaya hati, menguatkan keyakinan untuk mempersiapkan kehidupan setelah kehidupan.

Hanya situasi perjuangan anak dan teman-temannya berada di situasi runyam, yang manusia harus "sadar penuh hadir utuh" menyikapinya. Pandemi covid, yang sudah setahun lebih menggelayut di belahan bumi, memaksa semua harus membiasakan diri dengan budaya baru. Masker, berjaga jarak tidak berkerumun, senantiasa mencuci tangan setiap menyentuh apapun di area publik. 

Sebuah ikhtiar yang terus-menerus, istiqomah untuk menerapkan protokol kesehatan di tengah interpretasi masyarakat yang beragam menghadapi wabah, ditambah virus corona yang masih sangat random perilakunya. Yang terus bermutasi dan melayang di udara. 

Hal yang tidak kami bayangkan sebelumnya, situasi KRL Depok - Jakarta sehari-hari begitu padat berdesak-desakan. Ini di situasi pandemi. Anak sempat mengirim foto situasi. Dan sangat memungkinkan proses infeksi covid terjadi disini. Atau bisa saja di mobil taksi. Begitu randomnya, dimanapun bisa terjadi.

Akhirnya Bersalaman dengan DELTA ...

Awal kedatangan di Depok dan Jakarta belum segempar ini berita melonjaknya kasus covid. Tetapi sejak anak sudah disana, perkembangan situasi pandemi dari hari ke hari makin tak terkendali. Sungguh turut mengkuatirkan. Kami sebagai ortu, tak kurang selalu menasehati untuk selalu 3M, jaga stamina dan cukup istirahat dan anak memahami.

Hari itu, tanggal 28 Juni. Ketika teman-temannya berangkat PKL di Kemendagri, anak berdiam di rumah. Masih dengan demam dan batuknya. Pagi itu ada jadwal swab test. Diantar satpam kediaman.

Dan apa yang tidak kami inginkan terjadi. Hasil tes swab : POSITIF !!!

Kami trenyuh pilu mendengarnya. Kami menguatkannya untuk sabar. Sekaligus menguatkan hati kami sendiri untuk bersabar. Sabar itu tidak mudah. Tidak mudah bagi kami yang sudah berumur, apalagi bagi anak yang mendapat cobaan, yang kamipun, semua orangpun juga tidak berharap dan tidak mau merasakannya. Astaghfirullah.

Tidak ada yang salah. Qadarallah. Secara medis, infeksi dengan gejala bisa terjadi karena imun yang kurang kuat melawan penetrasi virus. Semua terjadi karena Allah berkehendak dan ini menjadi cobaan dan ujian bagi anak dan bagi kami ortunya. Semua harus menjalani dengan syukur dan sabar.

Ketika diberi limpahan kebahagiaan, adakah diselipkan dalam hati untuk selalu ingat Allah dan bersyukur. Sebaliknya ketika diberi cobaan yang nyata dialami anak, sebagai penyintas covid, akankah mengingat kuasa Allah dan bersikap sabar menjalani ujian.

Hanya saja sabar itu dihati dan respon laku, bukan teori. Tidak sekali hadir terus kekal kian menebal. Logika dan rasa seringkali menderu mendengar, membaca dan melihat betapa wabah ini menjadi komoditas. Bukan tentang peduli dan makna kemanusiaan.

Sabar itu proses. yang terus menerus dilatih dan dibelajarkan. Dalam situasi dan kondisi yang amat sangat beragam, disitulah sabar diujikan. Sabar itu bukan sekedar berserah diri. Sabar itu diiringi ikhtiar.

Dan saat anak menjadi penyintas covid, kata yang sering kami pesankan,

"Yang tabah dan sabar ya lee..."

290621
alifis@corner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun