Akhirnya, hal tak terduga juga menimpa kami. Yang tidak semua orang berharap itu terjadi. Hal yang makin menguatkan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Berkehendak atas segala urusan makhluk. 28 Juni 2021 lalu, anak lelaki mbarep kami, habis test swab dan hasilnya positif. Nama panggilannya saya sebut disini anak.
Sedih ? jelas. Mana ada ortu yang mati rasa dengan keadaan anaknya. Lebih-lebih ibunya. Mendengar suara ambulan berseliweran di kejauhan dan membaca berita saudara atau tetangga jauh meninggal karena covid saja sudah menyentuh dan bikin trenyuh. Apalagi ini menimpa buah hati.
Tak pelak kami ortunya, agak ngeblank dan kebingungan. Pasalnya saat ini anak berdomisili di Depok, Jabar yang memang sedang berada dalam wilayah zona merah. Jauh di wilayah barat sana, sementara kami ada di kupang NTT, di Indonesia timur.
Agak bingung menyikapi, karena tangan tak mampu merengkuh. Tidak bisa berbuat apa-apa bahkan untuk sekedar memberi teh hangat. Satu-satunya tindakan adalah intens berkomunikasi. Komunikasi disini terbatas via chat WA dan call. Lebih pada tujuan menghibur dan mengangkat semangatnya, disamping menanyakan keperluan apa saja yang dibutuhkan. Yang sering bikin kebat-kebit adalah, karena sedang sakit anak tidak antusias menjawab chat kami. Sementara ortu berharap segera ada kejelasan. Galau 'setengah mati', sebutan orang Kupang.
Tetapi setiap ada jawaban dari anak, itu  menghibur dan menenangkan diri kami. Itulah kekuatan berbagi. Disitulah kami bisa merasakan suara hembusan paru-paru mengambil nafas, sambil mendudukkan situasi dan menyusun rencana solusi.
Bagaimana kejadiannya ? Saya tuliskan cerita ini dengan harapan ada manfaat, dari sekedar bacaan atau mungkin bisa menjadi pelajaran. Dan saya bersimpati pada emua keluarga Indonesia yang mengalami hal yang sama dan mungkin lebih berat cobaan yang ditanggungnya. Hanya pada Allah kita meminta pertolongan.
Cobaan Saat Berjuang di Fasa Kehidupan
Kilas dalam beberapa hari terakhir, sekitar tanggal 23 - 26 Juni saat itu, dalam komunikasi kami, anak memang terlihat kecapekan. Agak meriang dan sedikit batuk. Kami anggap biasa. Hal yang seringkali anak alami saat perubahan cuaca atau kecapekan. Begitu juga saat kegiatan sedang padat-padatnya di kampus. Ada sedikit bawaan asma, seperti Ibunya.Â
Pikir kami, memang anak sedang dalam perubahan ritme aktivitas sejak persiapan PKL dari Malang dan hampir 2 minggu di Depok. PKL di gedung Kemendagri, Jakarta yang totalnya diikuti 9 mahasiswa akhir semester VI, Prodi Statistika salah satu universitas populer di Malang.
Bersembilan tinggal di dua rumah di wilayah Sekarjaya dan Pamoras Depok, Jabar. Rumah ini disediakan seorang yang budiman - demikian kami sebut yang menjadi sahabat baik Dosen pembimbing PKL, Dosen muda, Doktor Statistik dengan berderet prestasi. Beliaulah yang memfasilitasi dan menjembatani PKL di Kemendagri dalam kerangka hibah riset.Â