Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Kata Kunci Sungkeman

22 Mei 2020   22:42 Diperbarui: 22 Mei 2020   22:38 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungkeman pada Bapak Emak (dokpri)

Sejak kecil, setiap lebaran dan sungkem ke ortu harus mengucapkan kalimat ini. Ini sudah yang paling singkat. Jika diam saja, atau salah mengucapkannya, hmmm. Tidak diterima.

Harus diulang lagi, diucapkan lagi sampai benar. Barulah setelah itu ortu membalas dengan menerima permintaan maaf anak dan mendoakan semoga menjadi anak pintar dan cita-citanya tercapai dengan sukses, dan selamat dunia akhirat. Aamiin.

Pada anak-anak tertentu, begitu grogi dan takutnya tak mampu mengeluarkan kata kunci itu, bahkan sampai menangis, atau tak berani menghadap sungkem. Nah loh. 

Bagi saya yang kurang mendalami bahasa Jawa terutama Krama Inggil, kata kunci ini kurang lebihnya memiliki makna, anak bersimpuh menghadap untuk meminta maaf atas semua kesalahan dan kekhilafan.

Memang catatan sejarah berkrama inggil saya buruk sekali. Di masa SMP, dengan sengaja setiap ujian membuat contekan. Saat kuliah di tahun 1991, suatu saat berkirim surat pada ortu, sebagai bentuk penghormatan saya berjuang keras menulis dalam krama inggil. Balasan ortu dalam hal ini Bapak saya, "lain kali nulis pakai bahasa Indonesia saja". Dehh. Sejak itu tidak pernah berkirim surat. 

"Masih, tapi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar"

Anak-anak saya juga saya ajari untuk mengucapkan kata kunci itu, setiap mudik dan sungkem ke Kakek-Neneknya. Hingga saat ini, saya setiap sungkem mengucapkan kalimat tersebut. Sebagai bentuk berjuta-juta bakti atas kebaikan dan kasih sayang ortu yang tidak mungkin anak bisa membalasnya.

"Dan rendahkanlah dirimu  terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka  berdua telah mendidik aku waktu kecil".
(Al-'Israa : 24).

Kalau dengan yang lain, saya pakai bahasa lain, tergantung orang yang dihadapi. Dengan teman sendiri  "Maaf lahir dan batin", dengan tetangga yang lebih tua "Nyuwun pangapunten nggih ", atau umumnya dengan sesama muslim, 

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum

"Semoga Allah menerima (puasa dan amal) dari kami dan (puasa dan amal) dari kalian."

Insya Allah besok hari terakhir puasa, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT. Aamiin YRA.

alifis@corner
220520

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun