Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komunikasi Virtual, Ada Sesuatu yang Hilang

1 Mei 2020   22:01 Diperbarui: 1 Mei 2020   22:05 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beragam aplikasi muncul selain WA yang sudah biasa. Untuk absensi harian dan komunikasi tupoksi kerja diharuskan install aplikasi slack. Aplikasi ini meliput dari tingkat Rektorat, Fakultas sampai Program Studi. Seluruh civitas akedemika kampus terintegrasi disitu. Untuk aplikasi pembelajaran daring teleconference bisa memakai Zoom, Webex, CloudX, Meet. Untuk media e learning bisa menggunakan google classroom, telegram, e-learning kampus. Untuk membuat media pembelajaran bisa menggunakan Loom, Streaming Video Recorder, Openboard dan lain-lain. Minggu awal SFH-TFH semua banyak belajar. Keadaan harus dipelajari dan disikapi dengan cepat.

Di minggu pertama, minggu kedua semua sibuk dengan metode pembelajaran baru. Amazing. Komunikasi tetap terjaga sebagaimana sebelum kebijakan belajar dari rumah. Justru semakin komplit dengan lontaran humor atau banyolan terkait pemanfaatan teknologi. Hampir semua menikmati model pembalajaran baru. Ada beberapa yang terpaksa menahan keluhan dengan keadaan, terkait berbagai keterbatasan. Rekan-rekan berdiskusi untuk memberikan saran dan jalan keluar. Pada aspek-aspek tertentu. teknologi tidak bisa memberi solusi.  Harapan semua pihak di pertengahan April lalu wabah sudah usai. Tapi realitas berkata lain,  wabah makin menjadi akhirnya SFH-TFH diperpanjang sampai akhir Mei.

Sekarang sudah masuk minggu kelima. Berita covid19 selalu hadir di timeline grup media sosial kantor kami. Terhadap fenomena sosial akibat wabah covid19 berdampak terhadap anak didik juga mengisi pembicaraan sesama rekan sejawat di dalam grup dengan berpartisipasi sebagai bentuk kepedulian.. Sejauh mana perkuliahan berlangsung, berapa jumlah mahasiswa yang mengikuti bergantian muncul setap hari. Grup media sosial sesama rekan sejawat pengajar mampu menjembatani berbagai keterbatasan komunikasi dan informasi terkait dengan tupoksi kerja dan kewajiban akademik.

Ada sesuatu yang hilang

Teknologi ponsel dan aplikasi media sosialnya sebagai media silaturahmi virtual mampu menjadi sarana handal kapanpun dalam rangka menjalin komunikasi yang diinginkan. Tapi ada kerinduan suasana. Kembali seperti sediakala. Karena ada sesuatu  yang hilang.

Slack dan WA akhirnya selalu menjadi tumpuan kami sebagai pengajar untuk berkomunikasi dengan sesama rekan sejawat. Wabah covid19 memang mampu memisahkan rekan-rekan sejawat untuk berdiam dirumah. Tetapi silaturahmi kami tidak ada yang berubah. Cukup hangat, kadang formal, sesekali guyonan, pembicaraan serius, celetukan. Walau tetap, ada yang kurang lengkap.

(dokpri)
(dokpri)

Komunikasi virtual memiliki banyak kelebihan, bukan berarti tidak ada kekurangan. Pembelajaran daring atau jarak jauh kurang berjiwa. Kurang ekspresi sebagai penyerta. Cenderung  penuh logika. Apa yang dirasakan oleh mahasiswa, sejauh mana mengerti juga tidak bisa dieja (sambil saya membayangkan sedang santai duduk berdiskusi materi kuliah dibawah pohon dengan beberapa mahasiswa). Foto-foto bantuan peduli covid19 pada mahasiswa turut menghiasi, berita meninggalnya rekan sejawat yang sudah purna membangkitkan duka dan kesedihan. Tapi situasi social distancing dan laporan terbaru adanya 9 positif terkonfirmasi di kota, menjadi pertimbangan hanya ucapan yang sanggup kami sampaikan. Dan apakah senang dan sedih yang dirasakan bisa ditransfer dan diterima pembaca chat sebaik rasa aslinya. Rasanya tidak. Dunia virtual memang memberikan harapan tapi sekaligus menyuguhkan ketidakpastian. Paradoks.

 Demikian juga dengan tawa bersama dengan  rekan sejawat. Tertawa virtual berbeda rasa dengan tertawa di tempat kerja. Emosi diwakili emoticon. Mungkin kita bisa merespon dengan memainkan rasa, sedikit tertawa. Tetapi tetap ada yang hilang. Mengapa?

Karena Saya rindu 'suasana'. Karena kita orang Indonesia.  

alifis@corner

010520

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun