Mohon tunggu...
Muhammad Isa Dwijatmoko
Muhammad Isa Dwijatmoko Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengatasi Macet Jakarta: Mari Berbagi Ruang

9 November 2017   10:38 Diperbarui: 9 November 2017   10:48 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jakarta sebagai ibukota yang merupakan pusat pemerintahan, perekonomian, perdagangan, dan pelayanan jasa. Fenomena luar biasa, bukan fenomena alam, melainkan kemacetan lalu lintas yang terjadi telah menjadi bagian hidup sehari - hari masyarakat yang bekerja di kota Jakarta. Selain itu, kemacetan di Jakarta selalu meningkat dari tahun ke tahun dan uber dalam videonya, menyatakan "jika akan terus begini, Jakarta akan berhenti total dalam lima tahun."

Apa penyebabnya?     

Ada berbagai penyebab munculnya kemacetan di Jakarta, yang terutama jelas, adanya peningkatan volume kendaraan. Peningkatan volumen kendaraan menjadi salah satu sumber masalah. Jumlah kendaraan pribadi lebih banyak dibandingkan kendaraan umum. Selain itu, kendaraan pribadi seperti mobil pada dasarnya adalah kendaraan yang tidak efisien karena penumpangnya rendah.

Peningkatan volume kendaraan, juga tidak sebanding dengan ruas jalan. Rata -- rata pertumbuhan kendaraan di Jakarta per tahunnya mencapai 11%, sedangkan pertumbuhan jalanya tak mencapai 1%. Walaupun sudah ada angkutan umum, namun hal tersebut belum lah efektif karena masih ada ketidaknyamanan dan lamanya waktu menunggu dan juga jumlahnya tidak sebanding.

Tidak hanya soal kendaraan dan ruas jalan, adanya pusat keramaian, dengan aktivitas perdagangan seperti di tanah abang yang sedang ramai dibahas saat ini, lalu aktivitas perkantoran, aktivitas rumah sakit, aktivitas sekolah, seringkali dianggap sebagai penyebab kemacetan.

Jika kita cermati selama perjalanan di Jakarta, jadwal kemacetan cukup bervariasi, pada pagi hari tingkat kemacetan tinggi karena adanya aktivitas yang ingin berangkat ke kantor dan sekolah, siang hari mengalami penurunan, karena tidak ada aktivitas tersebut, ya walapun tidak banyak penurunannya, karena faktor yang diatas tadi, dan sore hari kembali tinggi karena adanya perkantoran.

Apa akibatnya?          

Ada yang mengatakan kerugian kemacetan ibukota yang berdampak ke ekonomi dan sosial, mencapai Rp 12,8 triliun per tahun, tidak hanya itu kerugian lainnya karena lama waktu di perjalanan, sehingga menyebabkan berkurangnya waktu momen kebersamaan dengan rekan -- rekan ataupun keluarga, kesehatan yang disebakan polusi udara atau kebanyakan duduk, dan tekanan psikologis seperti stress, frustasi, dan lainnya. Mungkin kalian pernah melihat kendaraan yang saling serobot, yang sampai menyebabkan mereka bertengkar di jalan. Bukankah hal itu yang tidak kita inginkan.


Dalam videonya Uber bertanya,

Bagaimana jika kita menciptakan kota dengan lebih sedikit mobil?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun