Mohon tunggu...
Irwan Syahputra Lubis
Irwan Syahputra Lubis Mohon Tunggu... Lainnya - hamba Allah; pendosa, pencinta santri dan ulama

Rezpector, pLettonic, OI, dan Kawan Fiersa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Sosok Abuya Syekh H. Amran Waly al-Khalidi

22 Januari 2021   17:35 Diperbarui: 10 Oktober 2021   10:46 11334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abuya Syekh H. Amran Waly al-Khalidi saat bertausiah (Foto: Irwan Syahputra Lubis)

Abuya Syekh H. Amran Waly al-Khalidi adalah pendiri dan pengasuh Majelis Pengkajian Tauhid-Tasawuf Indonesia (MPTT-I) sekaligus penggagas rateb seribee. Selain itu, Abuya juga merupakan mursyid tarekat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah serta pengasuh Pondok Pesantren/Dayah Darul Ihsan yang beralamat di Desa Pawoh, Kec. Labuhanhaji, Kab. Aceh Selatan. Beliau merupakan salah seorang putra dari pendiri Pondok Pesantren Darussalam (salah satu pondok pesantren tertua di Aceh), Abuya Syekh H. Muhammad Waly al-Khalidi---atau dikenal juga dengan sebutan Syekh Muda Waly---dengan istrinya Hj. Raudhatinnur.

Abuya Amran lahir di Desa Pawoh, Labuhanhaji, Aceh Selatan, pada 21 Agustus 1947. Sejak kecil, Abuya belajar agama kepada ayahandanya di Pondok Pesantren Darussalam. Saat Abuya berusia 14 tahun, tepatnya pada 20 Maret 1961, ayah beliau meninggal dunia.

Kendati ayahnya merupakan seorang ulama masyhur dan terkemuka, Abuya tidak hanya belajar di pondok pesantren tersebut. Setelah menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat, Abuya melanjutkan pendidikan formalnya ke tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah 'Aliyah yang berada di Labuhanhaji. Tidak sekadar belajar di sekolah umum, Abuya juga menuntut ilmu di sejumlah pondok pesantren yang ada di Aceh dan Sumatera Barat. Di antara lain, beliau belajar kitab kepada murid almarhum ayahnya seperti Abuya Syekh H. Zakaria Labai Sati (Malalo, Sumatera Barat), Abu Muhammad Daud Zamzami (Banda Aceh), Tgk. Imam Syamsuddin Sangkalan, dan guru-guru lainya yang pernah belajar di Darussalam.

Abuya mempelajari berbagai macam ilmu. Mulai dari ilmu tauhid, ilmu fikih, ilmu tasawuf, dan tentu saja ilmu-ilmu alat seperti nahwu, sharaf, mantiq, ma'ani, bayan, ushul fiqh, tafsir, hadis, dan lain sebagainya. Setelah sempat membantu abangnya, Abuya H. Djamaluddin Waly, dalam memimpin Pesantren Darussalam, Abuya kemudian memimpin pondok tersebut selama enam tahun (1976 -- 1982). 

Dalam perjalanannya dalam menuntut ilmu, Abuya pernah menempuh pendidikan di berbagai Perguruan Tinggi, sebut saja IAIN ar-Raniry Banda Aceh, IAIN Imam Bonjol Sumatera Barat, dan Kelantan College Islam Nilam Puri Malaysia. Namun, dari ketiga universitas tersebut, lantaran satu dan lain hal yang dirasa "kurang" oleh Abuya, tak satu pun gelar yang sempat ia peroleh karena Abuya tidak menyelesaikan studinya hingga akhir.

Dalam perjalanan kariernya, seperti sebagian ulama dahulu, Abuya pernah menjadi anggota DPR Tingkat II Kabupaten Aceh Selatan selama satu periode (1982 -- 1987) dari Partai Golkar. Lalu, lantaran hendak fokus berdakwah dan mengasuh pondok pesantren miliknya, Abuya kemudian meninggalkan dunia politik dengan segala hiruk-pikuknya.

Tahun 2004, Abuya mendirikan suatu majelis ilmu dan zikir yang ia beri nama Majelis Pengkajian Tauhid-Tasawuf (MPTT). Sebelumnya, ajaran yang dibawa oleh MPTT ini sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1998 di pondok pesantren milik Abuya (Darul Ihsan). 

Belasan tahun berselang, MPTT bertransformasi menjadi MPTT-I (Majelis Pengkajian Tauhid-Tasawuf Indonesia) dengan program andalannya yakni zikir (rateb seribee). Berdiri selama hampir 20 tahun di Aceh dan kemudian berkembang hingga ke pelosok Nusantara dan Asia Tenggara, majelis yang dibuat oleh Abuya ini telah mendapatkan pengesahan badan hukum oleh Kemenkumham pada tahun 2016 silam. 

Dari waktu ke waktu, jemaah dan simpatisan majelis yang didirikan oleh ulama sufi asal Aceh ini terus bertambah dan tak lagi terhitung jumlahnya. Jika pada tahun 1998 -- 2004 jemaah yang mengikuti pengajian Abuya hanya hitungan puluhan atau ratusan orang, kini murid-murid Abuya telah tersebar ke berbagai penjuru daerah dan Nusantara. Bila dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh MPTT-I di mana-mana, antusiasme masyarakat yang hadir memang sangat luar biasa.

Rateb seribee yang digagas oleh Abuya juga begitu diminati oleh banyak kalangan dan secara pesat terus berkembang. Sebagaimana dijelaskan Abuya dalam tulisannya, rateb seribee adalah menyebut kalimat laa ilaaha illallah dengan sebanyak-banyaknya agar kita jangan lupa kepada Allah selama-lamanya. Dalam kesempatan lain Abuya menjelaskan, rateb seribee dapat bermakna zikir yang banyak. Tata cara pelaksanaan rateb seribee telah disusun oleh Abuya dalam sebuah makalahnya yang berjudul Rateb Seribee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun