Mohon tunggu...
Irwan Syach
Irwan Syach Mohon Tunggu... -

experience is the best teacher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Iktibar dari Seorang Qiyadah

27 Januari 2019   06:58 Diperbarui: 27 Januari 2019   07:17 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, betul Pak, mohon do'a nya, mudah2an saya bisa amanah ketika insya Allah, Allah memberikan amanah ini kepada saya..  Suasana mengalir dengan ramah sampai pada akhirnya salah satu

tokoh warga mengutarakan maksudnya yaitu ingin kiranya agar Qiyadah da'wah ini bisa membantu biaya renovasi masjid yang sedang dilakukan sekaligus membantu pembangunan pos RW di daerahnya

singkat cerita

"Begini bu warga sekitar perumahan ini kebetulan sedang melalukan renovasi masjid & pembangunan pos RW yg sudah berjalan 60% tapi agak mandeg karena terkendala biaya, maaf kiranya  bisakah kalau ibu bisa  membantu?".

Saya pribadi berfikir insya Allah mungkin sang qiyadah ini bisa membantu tapi mungkin tdak hari ini, karena setelah melakukan kunjungan ke 7 titik hingga 5 jam tak terhitung sudah berapa sedekahnya buat warga yang sudah dikeluarkan belum lagi rasa letihnya berjalan menyusuri jalan yang lumayan jauh masuk ke pelosok gang-gang sempit bersama rombongan . Tapi justru disinilah ibrah yang saya dapat dari perjalanan ruhiyah kali ini.

"maaf ya pak, kalau untuk pembangunan pos RW saya belum bisa membantu banyak  tapi Saya niat bersedekah untuk penyelesaian pembangunan masjid, Insya Allah ini hanya buat amal Saya & pribadi saya saja dengan Allah, tidak ada kaitannya dengan suara kepemilihan saya di Dapil ini" katanya sambil menyerahkan cincin emas yang dipakainya


Siapapun pasti akan terharu biru ketika melihat peristiwa ini termasuk saya sendiri. Tidak nampak dia memiliki kemampuan untuk bersedekah pada hari itu karena lelahnya. Saya melihat habis di dompetnya uang yang dari siang Ia keluarkan untuk membantu warga , tidak ada mobil yang mentereng  di parkir. Yang dari saya perhatikan Ia hanya membawa bungkusan kue dan APK pencalegan dirinya. Hanya karena sembagatnya untuk berbagi Ia lepas cincin dijarinya yang mungkin ada berjuta kenangan yang tersimpan didalamnya.

Semua yang hadir melihat pemandangan itu langsung tersenyum kecut. Bagaimana mungkin dia bisa dengan mudahnya melepas barang yang dipakainya dengan tidak melihat peluang apakah dia bisa menang nantinya, apakah bisa terganti kenangannya di cincinya, apakah tidak ada musyawarah dulu terhadap orang terdekatnya.

"Pak, cukuplah bapak-bapak sebagai panitia  yang mengetahuinya. Saya menyumbang karena Allah..." katanya ketika akan pamit berlalu. Karena sudah menjelang maghrib dan ternyata hari itu anaknya tengah melakukan operasi tapi ia memilih bersama dengan warga bersilaturahmi.

Melihat situasi yang diluar dugaan kami maka timbul rasa malu dan rendah di hadapan orang ini. Ternyata dia yang kami nilai pragmatis seperti caleg umumnya, menunjukan kemuliaannya.
Sementara kami para kader setengah hati hanya sekedar untuk  bergerak silaturahmi mengunjungi para warga.

Sambil berlalu kami segera pamit kepada warga dan mengantarkan Sang qiyadah ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun