Mohon tunggu...
Irwan Syach
Irwan Syach Mohon Tunggu... -

experience is the best teacher

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudah Bersanadkah Guru Kita?

6 Juli 2017   10:56 Diperbarui: 6 Juli 2017   15:31 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut bahasa sanad adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. rantai transmisi keilmuan dalam perkara agama yang merupakan syarat wajib karena agama bukan imajinasi intelektual. Sanad itu penting, Terutama berbicara soal sumber agama. Tanpa Sanad, agama ini akan diterjemahkan manusia sesuka hatinya. Sanad juga adalah bagian terpenting untuk menghindari manusia berbicara semaunya.

Dalam dunia yang serba online ini. Matan dan sanad itu juga penting. Tidak bisa kita sembarang share artikel dan percaya begitu saja. Sanad adalah mata rantai yang bersambung.

Misalnya kita akan belajar karate atau senam eurobik, tentu kita akan belajar juga singkronisasi pergerakan dasar dengan segala jurus-jurusnya, posisi kuda-kudanya,
 hentakannya, kombinasinya dan sebagainya. Mana mungkin kita tahu dengan begitu saja.Tentu sudah pasti ada sanadnya bukan? Seperti apa sanadnya?
 ya dari murid ke gurunya. Gurunya belajar lagi daripada gurunya turun temurun sampai ke masternya siapa orang yang membuat gerakan tadi itu. Silsilah atau rantaian ilmu Sanad itulah yang tersambung kepada siapa yang jadi periwayatnya?. Siapa yang jadi Mujtahidnya? Sampai kemana Hadist-hadist Rasulullah itu bersandar.

Siapa mufasir dan pengarangnya  itulah sanad.

 Dari sudut mana pentingnya sanad? Pentingnya suatu sanad ialah ketika ilmu yang kita dapat itu  lebih menyakinkan dan untuk menjadi suatu pemahaman yang benar. Berapa banyak orang yang mengaji dengan kitab tanpa bimbingan guru yang bersanad walaupun dia fasih berbahasa arab. kadang-kadang terjadi kekeliruan dari hulu ke hilirnya. Bagian mana yang keliru? Ilmu yang dia dapat hanya mengikuti pemahamannya saja. padahal siapa kita? Mujtahid pun bukan. Sedangkan masih banyak ilmu yang masih tidak diketahui dan perlu menjadi perbandingannya.

Berapa banyak intelektual muslim yang meyakinkan kebenarannya pribadinya saja tanpa bersandar kepada kepala pemikiran Guru yang bersambung sampai kepada hulunya. Dan akhirnya dia buat ijtihad sendiri hingga akhirnya banyak orang-orang dia sesatkan, selewengkan hanya karena dia punya pemikiran pribadi yang kadang-kadang pemikiran dia itu belum tentu benar.

Rasulullah bersabda  "Allah laknat orang-orang yahudi menjadikan kubur Para Nabi-Nabi mereka." (HR Muslim). Kenapa "mereka" bisa keliru seperti itu?. Sebab mereka memahami perkataan para ahlul kitabnya tanpa melalui rantaian ilmu dengan guru yang bersanad.

Mungkin bagi orang awam Sanad tidaklah penting, tetapi bagi tolibul ilm ia merupakan rukun wajib untuk menunjukkan kesohihan dan keberkatan ilmu itu sendiri. Maka sebelum mendeley ditemukan dan tradisi footnote/anotasi merebak, sanad keilmuan itu sangatpenting karena berisi kejujuran verbatim pendapat para tokoh.

Dengan demikian sanad ilmu dan guru dalam praktik keagamaan itu yang menjadi dasar agar yang dilakukan tidak jauh, bahkan tersesat dari jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. "Karena itu, perlu hati-hati memilih calon guru di tengah kehidupan. Terlebih semakin sedikit ulama yang betul-betul memiliki integritas keilmuan serta kezuhudannya. Belajarlah kepada Ulama yang Jelas Silsilah Keilmuannya, dengan begitu setidaknya, kita tau siapa guru2 kita dan dari mana ilmu tersebut berasal.

Marilah kita menghadiri majlis-majlis ilmu. Mengambil ibrah dari Para guru yang gemar duduk bertalaqqi bersama mencontohi adab serta akhlak yang ditunjukkan oleh Para Ulama untuk kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mudah-mudahan artikel ini menjadi peringatan buat diri sendiri dan peringatan bersama secara umumnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun