Jukran Pramuka Nomor 10 Tahun 2024 memberikan pedoman teknis lengkap penyelenggaraan kegiatan, mulai latihan kepemimpinan, proyek lingkungan, hingga bakti sosial, sehingga pembinaan karakter dilakukan secara terstruktur, berjenjang, dan sesuai standar pendidikan di seluruh wilayah Indonesia (Kwartir Nasional Pramuka, 2024).
Dengan regulasi lengkap, integrasi Pramuka dalam RUU PIP bukan sekadar wacana, tetapi langkah strategis yang didukung hukum, sistematis, dan dapat diimplementasikan efektif untuk membentuk generasi muda yang berkarakter, peduli, dan pancasilais, sehingga nilai Pancasila benar-benar hidup di tengah masyarakat.
Potensi Pemuda Indonesia: Generasi Pancasila
"The open-air is the real objective of Scouting and the key to its success," kata Baden-Powell, yang menekankan bahwa pengalaman langsung adalah kunci keberhasilan pendidikan karakter. BPS 2024 mencatat pemuda Indonesia usia 16--30 tahun mencapai 64,22 juta jiwa, sekitar 20% total populasi, menunjukkan potensi besar untuk dibina menjadi generasi yang berkarakter, peduli sosial, dan pancasilais (BPS, 2024).
Data Kemdikbudristek 2024 menunjukkan 64,46% peserta didik aktif mengikuti Pramuka di sekolah, menjadikannya ekstrakurikuler terbesar dan paling diminati, yang menegaskan Pramuka sebagai wadah alami pembinaan karakter di seluruh Indonesia (Kemdikbudristek, 2024). Kegiatan perkemahan, bakti sosial, proyek komunitas, dan latihan kepemimpinan mengajarkan mandiri, kreatif, peduli sesama, serta pengambilan keputusan adil dan bertanggung jawab, sehingga peserta menginternalisasi nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Pramuka memberi peluang memahami kondisi sosial dan lingkungan, sehingga peserta tidak hanya mengenal teori Pancasila, tetapi mempraktikkannya langsung, mulai membantu masyarakat kurang mampu, membersihkan lingkungan, hingga aktif di kegiatan sosial yang menumbuhkan empati.
Dengan potensi jumlah pemuda besar dan partisipasi tinggi, Pramuka menjadi instrumen strategis membina generasi cakap, berkarakter, peduli, dan pancasilais, sehingga integrasinya ke dalam RUU PIP membawa manfaat nyata bagi pembangunan karakter bangsa.
Pendidikan Karakter Lewat Pengalaman
Baden-Powell menegaskan, "Teach Scouts not how to get a living, but how to live," yang menekankan pentingnya pendidikan karakter berbasis pengalaman nyata. Pramuka mengajarkan peserta tidak hanya teori, tetapi juga kesempatan mengalami dan mempraktikkan kepemimpinan, disiplin, kepedulian sosial, dan kerja sama dalam berbagai situasi menantang seperti perkemahan dan proyek komunitas.
Program Saka dan proyek komunitas meningkatkan kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan, sehingga anak-anak belajar memecahkan masalah, mengambil keputusan adil, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka, membentuk karakter matang dan berintegritas.
Pramuka berfungsi sebagai laboratorium sosial, tempat anak-anak belajar keadilan, empati, dan integritas melalui pengalaman langsung, memahami konsekuensi tindakan, menghargai perbedaan, dan menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.