Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Takengon, Bukittinggi-nya Aceh

3 Januari 2016   07:49 Diperbarui: 3 Januari 2016   09:06 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaraknya lumayan jauh dari kota Banda Aceh, yakni sekitar 6 sampai 7 jam perjalanan darat. Tapi begitu anda memasuki kota Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah, kecapean di perjalanan terbayar lunas. Inilah Bukittingginya Aceh, satu-satunya kota berhawa dingin di provinsi tersebut.

Justru menurut saya Takengon lebih nyaman dari Bukittinggi karena belum sesesak Bukittinggi, apalagi bila dibandingkan daerah dingin di Jawa yang tidak lagi dingin karena dipenuhi bangunan seperti Puncak dan Batu. 

Suasana kota lumayan asri penuh bunga. Banyak hotel dan losmen. Saya beruntung masih kebagian kamar terakhir yang tersedia di Hotel Bayu Hill, hotel berlantai lima dan terbaik di Takengon. Memang di hari libur suasana tahun baru seharusnya saya booking dulu.

Dari Banda Aceh ke Takengon, anda akan melewati kota Sigli dan Biruen yang terletak di jalur padat Trans Sumatera Banda Aceh - Medan, yang berujung di Bakahuni, Lampung. Dari Biruen belok kanan dengan jalan mendaki sekitar 80 km, baru sampai di Takengon.

Kalau capek di jalan, sebaiknya berhenti di beberapa titik yang punya view bagus. Ada bukit batu terjal  yang amat besar di pinggir jalan. Ada hutan pinus yang di depannya banyak warung makanan.

Dan ini dia yang menjadi ikon wisata Takengon, Danau Lut Tawar. Menjelang masuk kota ada suatu tempat yang bagus untuk memandang danau. Kalau ingin mengitari danau, maka harus masuk kota dulu, dan 2 km setelah itu telah sampai di danau yang bisa dikitari naik mobil selama satu jam untuk sampai lagi di kota.


Jangan menanyakan remote AC di hotel, karena memang tanpa itu pun sudah amat sejuk. Nikmatilah Kopi Gayo sambil makan ikan bakar di malam hari di banyak rumah makan di kota ataupun di dekat danau. Betul-betul maknyus.

Sungguh pengalaman yang mengasyikkan. O ya bagi yang berkantong tebal sudah ada penerbangan langsung dari Medan ke Takengaon, cuma tidak setiap hari.

Foto-foto: dokumen pribadi (snapshot jalanan kota, danau, hutan pinus, dan bukit batu besar terjal).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun