Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sok Akrab, Jangan Dijawab

14 Februari 2016   19:29 Diperbarui: 14 Februari 2016   19:41 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya lihat nomor yang muncul di layar hp. Ini kali ke 4 nomor yang sama berulang-ulang menelpon saya dalam waktu lima menit. Ini nomor tanpa nama, artinya bukan nomor yang ada di daftar nama hp saya. Seperti biasa saya mengabaikan panggilan dari nomor tidak dikenal.

Namun karena sudah empat kali memanggil, saya penasaran juga. Nomor tersebut saya save, saya beri nama "Tolak Saja". Ternyata di nomor si Tolak Saja muncul tanda bahwa ia pakai WhatsApp (WA). Foto profil ia di WA adalah seorang wanita berjilbab bersama 2 orang anaknya.

Saya berpikir keras dan menyimpulkan bahwa saya tidak mengenal si ibu itu tadi. Tapi bisa jadi nomor tersebut punya kenalan laki-laki teman saya dan wanita di foto itu mungkin istrinya. 

Akhirnya saya berinisiatif mengirim pesan melalui WA dan terjadilah dialog berikut ini: "Mohon maaf ini dari siapa?, soalnya telah 4 kali nelpon ke momor saya",  tanya saya. "Henny pak Rin", jawab nomor tidak dikenal tersebut.

Saya langsung curiga. Saya punya kenalan Henny, justru satu orang saja, itupun masih famili saya. Satu lagi, tidak ada yang memanggil saya dengan "Pak Rin". Tapi saya masih ngasih kesempatan sekali lagi, mana tahu ada teman lama yang saya sudah lupa.

Makanya saya balas begini; "Wah saya lupa, Henny yang kerja dan tinggal di mana ya?". Eh dianya gak menjawab malah membalas "wkwkwkwkwk" saja, yang artinya dia ketawa, sok akrab, terus merasa lucu kok saya bisa lupa.

Kembali dia call saya, maksudnya mungkin mau jelasin siapa dirinya secara lisan. Tapi saya tidak mau terjebak. Tetap tidak saya angkat. Paling gak nyaman kalau yang nelpon sudah tahu siapa saya tapi saya belum tahu siapa dia.

Lalu orang yang mengaku Henny mengirim pesan via WA lagi, semakin sok akrab; "Pak Rin gelo". Makin yakinlah saya, Henny bukan orang yang sudah saya kenal, tapi ia tak mau memperkenalkan dirinya serta tujuannya menelpon saya.

Saya diamin saja pesan WA-nya. Dia call lagi. Tak biarin aja. Saya sengaja bertekad sebelum dia jelaskan identitasnya tidak akan saya layani. Tiba-tiba muncul pesan lagi dari dia; "Pak Rin bantu kita dong". 

Haqqul yakin lah saya, ini modus klasik, bisa dari tenaga marketing suatu perusahaan yang beneran, tapi bisa jugs berujung ke penipuan. Bulat sudah tekad saya tidak akan menjawab orang yang sok akrab seperti itu.

Kalau dia secara jujur mengungkapkan tujuannya saya masih bisa memahami. Toh banyak juga famili saya yang jadi petugas pemasaran. Saya tahu berat perjuangan mereka. Tapi saya juga tidak mau konyol tertipu atau membeli barang yang tidak saya butuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun