Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Presiden Jokowi Beli Kaus Kaki

7 Juni 2016   14:47 Diperbarui: 7 Juni 2016   15:12 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menarik membaca kisah Presiden joko Widodo saat berbelanja di mal Suzuya di tengah Kota Banda Aceh, Rabu (1/6) sekitar pukul 20.30. Menurut Kompas hari ini (7/6) yang menuliskan kisah tersebut, beliau saat itu menyempatkan diri membeli beberapa potong kaus dalam dan kaus kaki. 

Sebetulnya kalau beliau hanya sekadar membutuhkan barang tersebut, tentu sangat gampang, tinggal perintahkan ajudan untuk membeli. Tapi tentu ada hal yang lebih penting dari itu, yakni mengecek secara langsung bagaimana denyut perekonomian setempat, yang salah satunya dapat dilihat dari keramaian transaksi di pasar. Sinyal lain yang ingin beliau sampaikan adalah tentang situasi yang aman dan kondusif di Banda Aceh, yang terbukti bahwa di malam hari pun, masyarakat merasa bebas saja untuk beraktifitas.

Cara Presiden Jokowi berbeda dengan kebiasaan bos-bos dari pusat pada umumnya saat mengadakan kunjungan kerja di daerah. Saya teringat cerita teman saya, sebut saja namanya Badu, yang menjadi kepala suatu instansi di tingkat provinsi. Suatu kali Badu kedatangan bos besar dari Jakarta, orang nomor satu di instansi tersebut.

Protokoler lokal tempat Badu berdinas untungnya sudah mengetahui apa yang harus disediakan. Kamar super vip di hotel terbaik di kota tersebut sudah dipesan. Misalkan kamar tersebut sudah dipesan orang lain, protokoler gak kehilangan akal, entah bagaimana caranya, kamar itu akan beralih menjadi pesanan untuk bos-nya Badu. 

Di kamar juga telah disiapkan oleh protokoler peralatan yang kira-kira diperlukan bos. Handuk, sarung, sajadah, sandal, sikat gigi, pasta gigi, shampo, sabun, alat cukur, semuanya barang dengan merek terkenal, telah tersedia, sehingga peralatan standar dari hotel tidak perlu dipakai.  Bahkan satu keranjang buah-buahan serta cemilan telah pula ditarok di meja kamar hotel.  

Eh, tiba-tiba Badu jadi kelabakan saat sehabis meeting di kantornya, bos berbisik bahwa beliau kelupaan membawa baju koko dan peci, padahal malamnya sudah diagendakan beliau akan shalat tarwih bersama gubernur di Masjid Agung (saat itu lagi bulan puasa). Badu menyesali diri sendiri kenapa dia tidak kepikiran sebelumnya untuk meminta protokoler menyiapkan baju koko dan peci.


Dengan waktu yang mepet, Badu tidak sempat bertanya baju koko kesukaan bos yang seperti apa. Badu hanya menjamin, nanti sebelum berbuka puasa, di hotel sudah tersedia baju koko dan peci. Badu segera menelpon petugas protokoler untuk membeli barang dimaksud. Tepat setengah jam sebelum buka puasa protokoler melapor ke Badu bahwa barang yang dicari sudah tersedia.

Buru-buru Badu mengantar sendiri ke hotel, tanpa sempat membuka dulu barang yang dibeli anak buahnya, karena sudah terbungkus rapi. Setelah Badu dipersilakan masuk kamar bos, diserahkanlah barang dimaksud. Sreet, dibukalah bungkusnya, dan.....bos langsung marah-marah, sampai lupa bahwa selagi puasa harusnya bos tidak boleh marah. "Kok bajunya warna hitam begini, mikir dong, apa pantas saya pake itu, kan kulit saya juga hitam?" sergah si bos.

Badu langsung tidak berkutik. Sudah tiga kali kalimat mohon maaf terucap dari Badu yang pucat pasi, tapi wajah merah padam bos tetap saja menakutkan. Suasana jadi tidak enak. Meski bos tetap memakai baju itu, namun Badu selama buka puasa dan dilanjutkan shalat tarwih di masjid, tidak lagi berani berbicara banyak pada si bos.

Itulah sekelumit kisah yang menceritakan perilaku bos kalau lagi melakukan kunjungan dinas, serta bagaimana orang daerah memperlakukannya. Sangat berbeda dengan cara Presiden Jokowi, yang sejak zaman beliau jadi Wali Kota Solo sudah terbiasa blusukan, dan tidak gengsi untuk membeli kaus kaki sendiri. Kalau saja cara Presiden menular ke banyak pejabat lain, orang daerah tidak perlu "heboh banget" untuk menyambut bos-nya yang berkunjung.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun