Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mitos Cinta Pertama: Baranak Ampek, Den Nanti Juo

9 Juni 2014   22:23 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:30 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak pendapat yang menyatakan cinta pertama, yang dialami seseorang atau sepasang orang, hanyalah mitos. Bahkan cinta yang rata-rata terjadi di bangku sekolah tersebut, SMP atau SMA dianggap sama saja dengan cinta monyet, cintanya anak-anak, masih sekadar main-main. Karena mitos belaka, cinta pertama diyakini tidak akan berlanjut menjadi perkawinan di usia dewasa (bukan pernikahan dini karena kecelakaan). Bahwa satu dua ada yang akhirnya menikah, itu bukan karena kesaktian cinta pertama, tapi karena analisis rasional memang kriterianya "masuk".

Ada satu lagu Minang, berjudul "Mudiak Harau", yang dulu populer dinyanyikan Ely Kasim. Di salah satu liriknya berbunyi : "baranak ampek den nanti juo" (beranak empat, tetap saya nantikan, atau istilah sekarangnya : kutunggu janda-mu). Tadinya saya merasa, lirik tersebut hanya ada di lagu, dan tidak bakal ada di kehidupan nyata. Sampai akhirnya hari Minggu kemaren, secara tidak sengaja saya ketemu Ahmad, teman SMP di kampung dulu, yang sekarang menjadi penjahit pakaian di salah satu kios kecil di Jakarta Selatan. Omong punya omong, ternyata Ahmad menikahi pacar cinta monyetnya saat di SMP, Erni. Yang membuat saya salut, Erni "diambil" Ahmad setelah kematian suami yang telah memberikan 4 anak. Ahmad yang begitu lama patah hati, karena orang tua Erni lebih memilih anggota ABRI ketimbang tukang jahit, tidak dendam sedikit pun, begitu Erni kembali menjalin kontak dengan Ahmad yang setia hidup membujang. Ahmad terlihat hepi walau bebannya bertambah memberi makan 5 jiwa dengan penghasilan yang pas-pasan.

Kisah lain, sebut saja Sunarto, karena sesuatu hal batal menikah dengan pacar SMA-nya, bernama Tri. Sunarto bekerja sebagai teknisi perusahaan minyak di Timur Tengah, dengan istri dari Jawa dan 2 anak. Tri bukan tipe cepat patah hati, karena sebetulnya cukup sering gonta ganti pacar, namun semuanya belum ditakdirkan menjadi pasangan dalam rumahtangga. Tanpa terasa Tri telah berusia 51, saat Sunarto yang barusan kematian istri mendapat informasi Tri masih sendiri. Tanpa banyak pertimbangan Tri langsung menerima lamaran Sunarto untuk menjadi istri dan sekaligus ibu dari 2 anaknya. Bahkan tidak lama lagi Tri dan Sunarto akan segera punya menantu.

Logikanya, baik Ahmad maupun Sunarto bisa memilih wanita yang lebih muda, karena seacar fisik, keduanya masih oke dan masih punya daya tarik. Sedangkan Erni dan Tri, mohon maaf, tidak lagi memancarkan kecantikan. Masihkah cinta pertama hanya mitos? Atau kisah di atas hanya pengecualian?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun