Setelah tidak lagi menjadi menteri, Kwik tentu lebih bebas melontarkan kritik pada para penjahat ekonomi.
Kwik menilai bahwa penegakan hukum bagi penjahat-penjahat ekonomi saat ini masih lemah. Inilah PR besar bagi lembaga penegak hukum.
Namun demikian, Kwik sangat menghargai pengusaha sejati yang sukses berbisnis tanpa KKN, seperti ditulis dalam opini berjudul "Masalah Ekonomi, Diduga Masih Tetap KKN” (Harian Kompas, 30/10/2000, halaman 1).
Menurut Kwik, dalam masyarakat kita terdapat banyak sekali perusahaan yang struktur keuangan dan manajemennya sangat sehat.
Perusahaan tersebut sama sekali tidak bergantung pada fasilitas apa pun dari pemerintah. Mereka justru takut bersentuhan dengan pemerintah karena selalu diperas.
Semua faktor tersebut membuat mereka bertahan dalam krisis (maksudnya krisis moneter 1998), walaupun selama periode tertentu menderita kerugian.
Ketika permintaan dari masyarakat mulai pulih, perusahaan yang dikelola pengusaha sejati itu panen. Mereka tidak mempunyai kredit macet karena tidak mempunyai utang yang keterlaluan.
Karena mereka pengusaha sejati, perusahaan mereka bukan tameng yang dijadikan alat pamer untuk mengeruk dan merampok uang milik rakyat yang terkumpul di bank-bank.
Perusahaan mereka adalah perusahaan betulan yang memproduksi barang dan jasa yang bermutu baik sebagaimana mestinya.
Mereka sangat konservatif atau hati-hati. Kalaupun mereka berutang, perbandingan antara utang dan modal sendiri proporsional dan aman untuk bank.
Kalau mereka mempunyai utang dalam valuta asing, mereka juga sangat mampu menghitung risiko gejolak kurs sehingga melakukan hedging dengan menutup transaksi forward.