Sudah menjadi semacam kewajiban setiap orang yang sudah dewasa untuk mempunyai pekerjaan. Dari hasil pekerjaan itulah diharapkan mendapatkan penghasilan guna membiayai kehidupan yang harus tetap berjalan.
Punya pekerjaan itu bisa dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni yang membuat pekerjaan sendiri seperti berwirausaha, dan yang mencari pekerjaan kepada pihak lain baik pemerintah maupun swasta.
Bagi kebanyakan anak muda yang baru lulus dari perguruan tinggi, karena berwirausaha itu relatif lebih sulit, mereka lebih memilih untuk berjuang mencari pekerjaan.
Tentu, mereka harus melewati berbagai tahapan seleksi yang dilakukan oleh pihak yang membuka lowongan pekerjaan. Salah satu tahapan tersebut adalah interview atau wawancara.
Nah, interview kerja gen z perlu mendapat perhatian khusus, karena ada indikasi bahwa tahap paling krusial dan jadi penghambat utama bagi gen z dalam mencari pekerjaan adalah kelemahan saat diwawancarai.
Ada ciri utama yang membedakan Gen Z, yakni generasi kelahiran tahun 1997 hingga 2012, jika dibandingkan dengan generasi yang lahir sebelum itu.
Gen Z sering disebut sebagai generasi digital native karena mereka tumbuh di era internet dan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih.
Artinya, sejak lahir mereka sudah mengerti dengan gawai dan fasih komunikasi online. Bahkan, hal ini menjadi kesibukan kesehariannya, sehingga disebut juga sebagai kaum rebahan.
Apapun kebutuhan gen z, hampir semua bisa dilakukan sambil rebahan. Maka, dalam bekerja pun mereka menginginkan pekerjaan yang banyak menggunakan gawai.
Akibatnya, mereka kurang fasih berkomunikasi secara tatap muka langsung, bahkan terkesan gagap atau gugup. Mereka tidak terlatih bagaimana berbicara secara menarik.
Banyak yang tidak siap menjawab pertanyaan tentang kekuatan, kelemahan, dan tujuan mereka melamar pekerjaan.Â