Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Gagalnya Regenerasi Petani dan Nelayan, Apa Ide Para Capres?

4 Desember 2023   07:10 Diperbarui: 6 Desember 2023   08:05 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sedang bekerja | dok. ANTARA FOTO/Siswo Widodo, dimuat cnnindonesia.com

Hingar bingar perpolitikan Indonesia semakin terasa karena sekarang ini sudah memasuki masa kampanye. Tiga pasang capres-cawapres bersama tim suksesnya semakin sering pasang aksi.

Ketiga pasang dimaksud sudah sama-sama kita ketahui, yakni pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD.

Sayangnya, kampanye yang terlihat oleh masyarakat lebih banyak pada aksi yang bersifat gimmick, seperti halnya yang terjadi di dunia hiburan atau selebriti.

Padahal, yang lebih diharapkan sebetulnya adalah kampanye yang berkualitas, dalam arti adu gagasan. Kebijakan apa yang akan diambil capres-cawapres tersebut bila nanti menang pilpres.

Memang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mengagendakan debat antar ketiga capres-cawapres tersebut.


Salah satu topik penting yang mutlak memerlukan gagasan cerdas yang bersifat langkah terobosan, adalah bagaimana memajukan pertanian kita.

Pertanian dalam arti luas bisa mencakup pula bidang peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan, dan sebagainya.

Masih layakkah Indonesia dijuluki sebagai negara agraris, kalau kenyataannya lahan pertanian semakin menyempit digusur berbagai proyek pembangunan pemerintah dan swasta.

Belum lagi kalau kita perhatikan, betapa profesi petani dan nelayan sudah kurang menarik bagi generasi muda. Quo vadis pertanian Indonesia?

Kompas (1/12/2023) pada headline-nya menurunkan berita dengan judul menyentak, yakni "Sekitar 1 Juta Petani dan Nelayan Berkurang di 2030".

Ada lagi judul lain yang lebih kecil "Sawah dan Laut Bukan Lagi Jadi Pilihan". Tentu, ini terkait soal kegagalan kita dalam membangun regenerasi petani dan nelayan.

Artinya, ketika petani dan nelayan yang berusia lanjut dipanggil Tuhan, anak muda yang menggantikannya tidak ada. Lalu, bagaimana kita mau mencapai target swasembada pangan?

Ketahanan pangan nasional jangan hanya sekadar jargon. Ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau secara merata di seluruh tanah air perlu diwujudkan secara nyata.

Nah, ketersediaan pangan itu seyogyanya berasal dari produksi dalam negeri. Maka, jumlah petani dan luas lahan pertanian menjadi faktor penentu.

Kenapa anak muda tidak tertarik untuk jadi petani dan nelayan? Jika dibaca sejumlah referensi, akan didapat beberapa hal berikut ini.

Pertama, pendapatan petani yang relatif kecil diduga menjadi penyebab utama. Di lain pihak biaya produksi seperti untuk membeli benih dan pupuk relatif mahal.

Kedua, terlalu besar risikonya seperti produk pertanian yang membusuk bila tidak segera terjual, risiko kegagalan panen karena faktor cuaca, dan sebagainya.

Ketiga, profesi petani dinilai tidak bergengsi terutama bagi anak muda yang sudah menamatkan sekolah lanjutan, apalagi yang sudah sarjana.

Disebut tidak bergengsi karena kurang dihargai oleh masyarakat ketimbang profesi orang kantoran, guru, perawat, teknisi, dan sebagainya.

Keempat, jika profesi lain ada yang namanya pengembangan karier, untuk petani sulit terwujud. Jarang terdengar petani kecil yang "naik pangkat" jadi petani menengah dan selanjutnya petani besar.

Jika regenerasi petani tidak berjalan, apa dampaknya bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan? Jelas, produktivitas sektor pertanian menurun.

Artinya, akan semakin besar ketimpangan antara kebutuhan pangan yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan pangan yang semakin menurun.

Lalu, apa langkah-langkah yang perlu diambil agar hal yang mengkhawatirkan itu tak terjadi? Seperti ditulis di atas, perlu terobosan, baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun implementasinya.

Mengingat tahun depan akan terjadi pergantian presiden, dalam debat antar capres-cawapres, untuk topik regenerasi petani ini perlu dielaborasi lebih jauh.

Kita berharap betul-betul ada adu gagasan yang lebih rinci dan komprehensif, bukan kata-kata retorika, bukan pula konsep yang normatif.

Gagasan para capres tersebut perlu dicermati agar masyarakat bisa menjatuhkan pilihan kepada capres yang tegas keberpihakannya pada kesejahteraan petani dan nelayan.

Untuk suksesnya regenerasi petani, perlu membenahi pendidikan vokasi pertanian dan program wirausaha petani muda. Ini sekadar contoh yang perlu dijabarkan secara terinci.

Sekadar pembuka diskusi saja, masalah pendidikan perlu sekali dicari strategi yang jitu, karena selama ini justru orang yang terdidik seperti makin menjauh dari dunia pertanian.

Bahkan, sarjana pertanian itu sendiri sangat sedikit yang terjun sebagai praktisi di bidang pertanian. 

Demikian pula orang tua yang petani, mengirim anaknya ke pendidikan tinggi dengan doa agar anaknya kelak sukses berkarier di suatu instansi atau perusahaan, jangan jadi petani lagi.

Maka, bila melalui program wirausaha petani muda, petani milenial, atau apapun namanya, mampu memberi contoh sukses, mudah-mudahan bisa menjadi magnet bagi anak muda lainnya.

Untuk itu, program petani muda itu perlu didukung dengan bantuan permodalan, juga ada pendamping di lapangan dalam jangka panjang.

Kemudian, libatkan pula koperasi atau perusahaan yang nantinya akan menampung hasil panen para petani milenial itu.

Uraian yang lebih terinci semoga terjawab pada debat antar capres-cawapres mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun