Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tabungan Murid SD Rp 800 Juta Dibawa Kabur Kepala Sekolah

2 Agustus 2023   05:37 Diperbarui: 2 Agustus 2023   05:37 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu-ibu di Tasikmalaya demo menuntut tabungan anaknya bisa dikembalikan | dok. Kompas.com/Irwan Nugraha

Carut marut dunia pendidikan kita bukan saja soal anak sekolah yang nakal, tapi tak sedikit pula oknum guru yang melakukan perbuatan tidak pantas.

Kalau soal anak nakal, terlalu banyak yang bisa diceritakan. Berita yang agak baru contohnya ada anak SMP di Temanggung, Jawa Tengah yang membakar sekolahnya.

Kemudian, di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, ada pula anak SD yang membentak gurunya, berkata kotor dan menendang pintu kelas.

Namun, bukan soal anak nakal yang akan dielaborasi dalam tulisan ini, melainkan soal guru yang bikin ulah, sehingga meresahkan murid dan orang tua murid.

Tentu saja jenis kenakalan guru berbeda dengan jenis kenakalan muridnya. Kenakalan guru lebih sering bermotifkan ekonomi atau mendapatkan uang dari jalan yang keliru.


Seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang kepala sekolah diberitakan sejumlah media membawa kabur tabungan murid-muridnya.

Kompas.com (25/7/2023) menuliskan bahwa jumlah tabungan yang dibawa kabur sang kepala sekolah yang sekarang sudah pensiun itu, tak tanggung-tanggung, yakni Rp 800 juta.

Jumlah tersebut berasal dari 300 murid di 2 sekolah, yakni SDN 1 Pakemitan dan SDN 3 Pakemitan, Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Para orang tua murid yang menjadi korban sampai melakukan aksi unjuk rasa, seperti terlihat pada foto di atas, pada 22 Juli 2023 yang lalu.

Aksi unjuk rasa terpaksa dilakukan, karena hingga sekarang belum ada kepastian kapan uang murid-murid akan dikembalikan.

Salah satu orangtua korban, Euis (46 tahun) mengaku hanya pasrah saat anaknya tak bisa membeli baju seragam dan buku tulis.

Anaknya Euis tersebut duduk di kelas 2, dan uang tabungannya selama kelas 1 berjumlah Rp 600.000, yang diniatkan untuk membeli kebutuhan sekolah saat naik kelas.

Mantan kepala sekolah itu beberapa hari kemudian muncul dalam pemberitaan salah satu stasiun televisi. Ia mengaku tidak kabur.

Uang tabungan para muridnya diakui terpakai oleh sang mantan kepala sekolah, dengan alasan lagi ditimpa musibah.

Sekarang ia lagi mengumpulkan uang dengan harapan nantinya akan dikembalikan kepada masing-masing murid yang sebelumnya menabung.

Masih soal tabungan murid yang bermasalah, di Pangandaran yang juga termasuk dalam provinsi Jawa Barat, ada kasus serupa meskipun tak persis sama dengan yang di Tasikmalaya.

Modus di Pangandaran adalah dengan menempatkan tabungan murid di koperasi, lalu guru meminjam dari koperasi tersebut.

Kasus tersebut terjadi di sejumlah SD di Kecamatan Cijulang dan Parigi. Adapun jumlah tabungan yang belum dikembalikan pihak sekolah mencapai Rp 7,47 miliar (Kompas.com, 22/6/2023).

Memang, soal kesejahteraan guru, meskipun semakin membaik, namum belum mencapai kondisi ideal. Bahkan, kalau mencermati nasib guru yang bukan ASN, cukup menyedihkan.

Namun, tindakan sebagian guru memanfaatkan tabungan murid-muridnya sendiri untuk keuntungan pribadi, jelas langkah yang sangat keliru.

Tak bisa lain, para orang tua murid perlu untuk selalu waspada bila ada program menabung di sekolah yang dikelola oleh guru setempat.

Mekanisme pertanggungjawaban guru sebagai pengelola tabungan murid harus jelas terlebih dahulu.

Sebaiknya, jika murid bermaksud menabung, lakukanlah di bank terdekat. Bukankah sekarang banyak bank yang menyediakan jenis tabungan khusus untuk anak-anak?

Apalagi, beberapa bank sudah membuka kantor hingga ke tingkat kecamatan. Lalu, di level desa, biasanya ada kios yang sekaligus bertindak sebagai agen bank tertentu.

Untuk memudahkan anak-anak menabung, alangkah bagusnya jika petugas bank setiap hari tertentu datang ke sekolah-sekolah.

Petugas bank tersebut harus membawa electronic data captured (EDC), alat seperti yang digunakan saat konsumen berbelanja memakai kartu di supermarket.

Dengan EDC tersebut, murid penabung mendapat bukti setoran dari slip mesin EDC. Dengan demikian, setoran tabungan tidak digelapkan oknum bank.

Mendidik anak menabung merupakan hal yang sangat baik dan perlu diteruskan, tapi tentu dengan cara yang aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun