Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Samber THR 2022 dan Gramedia Kalibata Tutup Permanen

4 Januari 2023   06:11 Diperbarui: 4 Januari 2023   06:22 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gramedia Matraman Jakarta kondisi 12 Juni 2022|dok. Kompas.com/Dian Ihsan

Pada libur akhir tahun 2022 dan menyambut Tahun Baru 2023, karena tak ada lagi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), banyak orang yang berwisata ke luar kota.

Tapi, saya sendiri sengaja memilih untuk tetap di Jakarta saja. Saya tetap keluar rumah, namun hanya untuk beberapa jam saja.

Prediksi cuaca ekstrem akhir tahun yang diberitakan media massa menjadi pertimbangan utama saya untuk tidak bepergian jauh-jauh.

Pada Sabtu pagi (31/12/2022), tiba-tiba saya teringat mendapatkan hadiah dari kegiatan Samber THR 2022 dari Kompasiana.

Hadiahnya berupa voucher belanja Rp 100.000 di Gramedia yang setelah saya lihat lagi akan expired pada 31 Desember 2022.

Saya pikir, sayang juga kalau voucher tersebut tidak digunakan. Lagipula, mumpung belum expired, sebaiknya dimanfaatkan saja.


Maka, saya pun teringat bahwa Gramedia terdekat dari rumah saya berlokasi di sebuah mal di kawasan Kalibata.

Ringkas cerita, meskipun dalam cuaca sedikit mendung, saya akhirnya sampai di lantai 2 mal tersebut, tempat di mana Gramedia berada.

Tapi, alangkah kagetnya saya ketika menjumpai Gramedia dalam keadaan tutup. Bukan sekadar tutup karena tak beroperasi di akhir tahun.

Namun, tutup dalam arti gerai Gramedia di sana tidak akan beroperasi lagi selamanya alias tutup secara permanen. 

Dari informasi seorang penjaga toko di seberang Gramedia, didapat informasi bahwa bekas tempat Gramedia akan ditempati oleh pihak lain dengan jenis usaha yang bukan menjual buku.

Saya berpikir, seperti bisnis media cetak yang telah banyak memakan korban, ternyata toko buku pun banyak yang tak kuat dalam era serba daring sekarang ini.

Media cetak konvensional kalah bersaing dengan media daring, begitu pula toko buku mulai disaingi e-book atau penjualan buku manual tapi secara online.

Tapi, untuk kasus Gramedia, saya tak berani mengatakannya sebagai sebuah kegagalan. 

Soalnya, Gramedia di berbagai tempat lain masih eksis. Lagipula, Gramedia juga agresif mengembangkan penjualan buku secara online.

Saya tahu pasti karena beberapa hari sebelum ke Kalibata, saya berkunjung ke Gramedia di Jalan Matraman. Ini Gramedia terbesar menurut saya dibanding gerai Gramedia lainnya.

Dua bulan sebelumnya, saya juga ke Gramedia di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Di sini terlihat pengunjung yang ramai.

Jadi, kasusnya mungkin spesifik untuk Gramedia Kalibata saja. Bisa jadi karena Mal Kalibatanya yang memang sepi, karena kalah bersaing dengan mal-mal lain.

Bisa jadi juga harga sewa dinaikkan oleh pengelola mal yang menurut hitung-hitungan pihak Gramedia sudah tidak menguntungkan.

Iseng-iseng saya berselancar di dunia maya dan menemukan informasi adanya gerai Gramedia lain yang sudah lebih dulu tutup permanen.

Gerai dimaksud adalah yang berada di Mal Taman Anggrek, Jakarta, dengan alasan masih ada Gramedia yang dekat dari situ, yakni di Mal Central Park dan Mal Ciputra.

Kemudian, Gramedia di Jalan Pajajaran, Bogor, juga ditutup dan para pelanggan diharapkan menggunakan Gramedia terdekat di Botani Square.

Terlepas dari hal di atas, harus diakui bahwa jaringan ritel besar yang biasanya ada di mal-mal, telah lebih dahulu tutup.

Sebut saja misalnya gerai ritel yang dulu cukup lama berjaya, yaitu Matahari, Centro, Giant, Ramayana, dan Golden Truly.

Jadi, di kebanyakan mal, tidak hanya gerai buku yang sepi pengunjung, tapi juga gerai yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari dan pakaian.

Boleh dikatakan hanya gerai makanan yang masih lumayan ramai, serta bioskop khususnya pada hari libur.

Beberapa mal juga menyiasati dengan menyediakan aneka permainan untuk anak-anak, tapi jika jenis permainannya standar saja, juga tidak ramai.

Alasan pandemi membuat mal sepi sebetulnya sudah tidak relevan lagi, mengingat masyarakat sudah bebas bepergian ke mana-mana.

Perlu strategi baru bagi pengelola mal dan juga para tenant yang ada di mal, agar usaha mereka bisa tetap berkembang.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun