Ceritanya, suatu kali saya janjian bertemu dengan 2 orang teman untuk menonton film di bioskop dalam sebuah mal di Jakarta Selatan.
Dari rumah saya naik taksi sendirian, tapi pas mau pulang akan diantar oleh teman, karena ia membawa kendaraan pribadi.
Maka, setelah keluar dari bioskop dan sempat ngopi-ngopi cantik di food court yang ada di mal tersebut, kami melangkah ke tempat parkir.
Teman saya awalnya begitu yakin kalau mobilnya diparkir di lantai 3 dan dekat pintu masuk ke mal.
Namun, sudah cukup lama kami berputar-putar di lantai 3, mobil yang dicari belum juga ditemukan.
Kemungkinan mobil digondol maling sangat kecil, mengingat struk yang diambil saat masuk gedung parkir, dikantongi teman saya.
Jika struk itu ditinggal dalam mobil dan digeletakkan di balik kaca depan yang kelihatan dari luar, ini bisa berbahaya.
Soalnya, bila ada pencuri yang lihai membuka atau mencongkel pintu mobil dengan alat tertentu dan berhasil menghidupkan mesin, mobil bisa dibawa lari si pencuri.
Saat melewati penjaga parkir, si pencuri tinggal mengunjukkan struk yang tertinggal di mobil dan membayar sesuai tarif yang diminta si penjaga.
Akhirnya saya ajak teman tadi mencari mobilnya di lantai 2 atau 4, maksudnya lantai yang berdekatan dengan 3, mana tahu teman saya itu lupa dia parkir di lantai berapa.
Alhamdulillah, setelah kami kelelahan sekitar setengah jam berputar-putar, mobil yang dicari bertemu di lantai 4, tak jauh dari pintu masuk ke mal.
Saya sendiri punya jurus yang ampuh dalam mengingat lokasi parkir mobil di suatu tempat yang banyak mobil.Â
Jurus saya adalah dengan mengambil foto kode blok dan lantai di sebuah gedung parkir. Kalau pun saya tersesat mencari blok tersebut, saya bisa bertanya kepada petugas yang ada.
Tapi, sebetulnya sekarang sudah ada teknologi canggih berupa remote parkir, atau ditandai di map digital pakai aplikasi tertentu.
Hanya saja, saya yang tergolong gaptek, masih kurang familiar dengan aplikasi seperti itu.Â
Bagi Anda yang tinggal di Jabodetabek atau kota besar lainnya, mungkin juga pernah mengalami seperti kisah teman saya di atas.
Soalnya, mencari tempat parkir di mal-mal di Jakarta, bukan soal gampang, sehingga tak mungkin memilih-milih tempat yang gampang diingat.
Padahal, suatu mal biasanya kapasitas gedung parkirnya sudah besar, bisa terdiri dari 8-9 lantai. Dalam satu lantai saja mampu memuat 80-100 mobil.
Namun, pada hari libur atau di hari kerja pada jam-jam tertentu, pengunjung yang datang membawa mobil sendiri sangat banyak.
Bahkan, tidak jarang pengunjung yang terpaksa membatalkan niatnya ke mal gara-gara tidak menemukan space untuk parkir.
Celakanya, pengunjung yang batal ke mal itu, tetap saja harus membayar ongkos parkir untuk 1 jam (1 menit sudah dianggap 1 jam).
Sekiranya gedung parkir lagi longgar, biasanya sekitar pukul 10 pagi ketika mal baru dibuka, pengunjung bisa memilih lokasi parkir yang gampang diingat.
Jadi, jangan anggap enteng soal cara mengingat letak mobil sendiri. Apalagi, kalau mobil yang dipunyai adalah mobil sejuta umat, yang mirip-mirip begitu banyak sekali.
Bagi yang malas berurusan dengan parkir mobil, sebetulnya lebih nyaman bepergian naik taksi yang sekarang gampang dipesan pakai aplikasi.
.
