Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cawapres Pendamping Anies, Saran JK Mengarah ke Khofifah?

1 November 2022   16:30 Diperbarui: 1 November 2022   16:33 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jusuf Kalla|dok Fitri R, dimuat Kompas.com

Menarik mencermati terkait siapa tokoh yang sebaiknya digandeng Anies Baswedan sebagai cawapres. Seperti diketahui, Anies sendiri sudah dideklarasikan sebagai capres dari Partai Nasdem.

Namun demikian, posisi Anies belum aman, karena Nasdem tidak bisa mengusung capres sendiri tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Untuk itu, Nasdem sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan 2 partai lain, yakni Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Masalahnya, soal siapa yang akan jadi cawapres, kelihatannya menghadapi jalan buntu. Sehingga, koalisi Nasdem-Demokrat-PKS terancam layu sebelum berkembang.

Demokrat kelihatannya ngotot agar ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang menjadi pendamping Anies.

Tapi, PKS tak mau kalah, menyorongkan nama kadernya yang pernah dua periode menjadi Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher).

Nah, dalam kondisi seperti itu, muncul saran Jusuf Kalla (JK) yang sudah berpengalaman 2 kali menjadi wapres, yakni pada periode pertama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan periode pertama Jokowi.

Seperti dimuat Detik.com (29/10/2022), JK menyarankan Anies memilih cawapres yang tak populer namun berpengalaman dalam membantu presiden.

JK mencontohkan sosok Boediono dan Ma'ruf Amin, yang dinilainya mampu bekerja dengan baik dalam membantu presiden, tanpa sekalipun berkampanye.

Tepatkah saran JK di atas, dengan memberi contoh pasangan SBY-Boediono dan Jokowi-Ma'ruf Amin?

Yang jelas, sebagai pendapat pribadi, JK tentu punya logika tersendiri. Yang tak sependapat dengan beliau, tak perlu menolak mentah-mentah.

Hanya saja, pendapat tersebut sangat terbuka untuk diperdebatkan. Dalam hal ini, Anies diharapkan untuk tidak menerima begitu saja saran JK.

Kondisi saat SBY memilih Budiono, tentu berbeda dengan situasi sekarang saat Anies berjuang untuk bisa bertarung di Pilpres 2024. 

Ketika itu SBY demikian kuat, karena posisinya sudah incumbent (petahana). Jadi, yang dilihat pemilih adalah SBY yang telah sukses pada periode pertama bersama JK.

Rasa-rasanya, siapapun yang digandeng SBY (meski tokoh yang biasa-biasa saja tanpa elektabilitas tinggi), peluang beliau terpilih kembali cukup besar. 

Begitu pula saat Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin, juga berstatus petahana. Mungkin banyak yang kaget kok Jokowi memilih Ma'ruf Amin.

Tapi, barangkali logikanya karena ingin merebut suara kalangan NU yang banyak jumlahnya, sekaligus meredam pesaing beliau Prabowo-Sandiaga yang didukung sebagian ormas Islam.

Namun, perlu ditekankan bahwa pada periode pertama kepemimpinan, sebaiknya menggandeng cawapres yang kuat. Makanya SBY dan juga Jokowi menggandeng JK.

Tapi ada konsekuensinya, yakni munculnya "matahari kembar", sehingga untuk periode kedua cukup mencari tokoh yang tidak begitu kuat.

Memang pelik, tapi mau tak mau Anies perlu punya pendamping yang disepakati bersama Nasdem, Demokrat dan PKS.

Memilih salah satu, AHY atau Ahmad Heryawan, bisa jadi bukan keputusan yang tepat, karena membuat salah satu pihak mungkin batal bergabung dalam koalisi.

Jika yang dimaksud JK sebagai tokoh yang tak populer tapi berpengalaman adalah Khofifah Indarparawansa yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Timur, rasanya memang layak.

Khofifah sebetulnya lumayan populer, paling tidak di Jawa Timur, provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

Hanya saja, nama Khofifah memang tak masuk 12 besar dalam survei capres versi Tim Litbang Kompas yang dirilis baru-baru ini.

Untuk posisi cawapres pun, elektabilitas Khofifah hanya 1,7 persen dan berada di peringkat 9. 

Namun, jangan lupa, Khofifah yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU tersebut sudah berpengalaman 2 kali jadi menteri dan lama jadi anggota DPR-RI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun