Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Anda Suka Paha atau Dada? Hati-hati Beli Sistem "Paket"

1 Oktober 2022   04:07 Diperbarui: 1 Oktober 2022   04:27 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi food court|dok. femina.co.id

Bisnis makanan siap saji memang tak ada matinya, bahkan makin berkembang pesat. Soalnya, budaya makan di luar (bukan memasak di rumah sendiri) semakin "berjangkit" di masyarakat kita. 

Hal itu tidak hanya terjadi di kota besar, tapi sudah menular hingga ke kota kecil.  Bisa jadi karena semakin banyak wanita yang bekerja, membuat waktu untuk memasak menjadi berkurang.

Kalaupun malas ke luar rumah, dengan aplikasi tertentu, sudah gampang memesan makanan. Sambil rebahan di rumah, makanan pun datang.

Ada juga ibu rumah tangga yang sebetulnya punya waktu untuk memasak, namun mungkin dihinggapi rasa malas. Sehinga, lebih memilih memesan makanan.

Lagi pula, godaan promosi yang bertubi-tubi muncul di gawai seseorang, lengkap dengan foto makanan dan minuman yang menggiurkan.

Ditambah pula dengan kalimat sugestif seperti: beli 1 dapat 2, diskon kalau dipesan pakai aplikasi tertentu, gratis ongkir, cashback sekian persen, dan sebagainya.

Memang, persaingan antar pelaku usaha di bidang makanan dan minuman semakin ketat, makanya promosi menjadi hal penting.

Lihat saja, betapa sekarang ini gerai makanan yang beroperasi secara waralaba (franchise), baik merek lokal maupun asing, semakin agresif dan menjamur.

Untuk kota besar, dengan hadirnya mal-mal, turut menjadi faktor pendukung berkembangnya bisnis makanan, karena banyak orang berkunjung ke mal, sekadar ke food court saja.

Alhasil, seperti ditulis di atas, tingkat persaingan sesama gerai makanan berlangsung dengan sengit. Selain adu promosi, kreativitas lain diperlukan untuk menjaring konsumen.

Salah satu bentuk kreativitas dimaksud adalah munculnya pola penjualan yang bersifat "paket". Ada yang menyebut sebagai Paket 1, Paket 2, dan seterusnya.

Ada juga yang pakai istilah paket hemat, paket lengkap, paket keluarga, dan sebagainya. Dalam konten promosinya, pola penjualan paket ini menjadi fokus.

Sepertinya, konsumen akan terbantu dalam memilih makanan dan diuntungkan dari sisi harga, dalam arti lebih hemat, bila memilih sistem paket ketimbang pakai sistem satuan.

Tapi, seandainya konsumen mau sedikit berpikir, bisa jadi sistem paket tersebut kurang menguntungkan.

Justru, paket tersebut secara tersamar menjadi strategi perusahaan "memaksa" konsumen ikut membeli jenis yang tidak dibutuhkannya atau jenis yang kurang laris jika dijual secara satuan.

Soalnya, jenis makanan atau minuman yang kurang laris itu sudah di-bundling dalam satu paket, sehingga konsumen yang memilih paket tersebut otomatis akan mendapatkannya.

Misalnya, minumannya tak bisa memilih, harus yang disediakan paket tersebut. Jika ditambah lagi membeli minuman lain, tentu harus membayar lagi.

Komposisi makanan pun biasanya tak bisa memilih. Umpamanya kita pesan untuk diantar ke rumah paket ayam goreng yang menurut promosinya terdiri dari 7 potong.

Karena suka yang dada, kita pesan 5 dada dan 2 paha. Ternyata tak bisa seperti itu, si pemesan pokoknya terima nasib saja mau dapat dada atau paha.

Bahkan, ada yang diberikan bagian atau potongan ayam goreng yang lebih kecil lagi dari paha. Mungkin 1 porsi terdiri dari beberapa potong kecil, tapi konsumen jadi tidak puas.

Pernah pula ada yang diduga tertukar pesanannya. Pesan paket 1 yang isi 7 potong, ternyata yang datang paket 2 dengan isi 5 potong. Anehnya, di struknya tertulis paket 1 dan harga yang dibayar juga paket 1.

Apa yang 2 potong diembat pelayan di sana? Ah, tak boleh berprasangka jelek. Semoga hanya sekadar kesalahan teknis saja.

Dulu, ada yang paket ayam goreng yang di-bundling dengan CD lagu pop (ini CD beneran, bukan CD celana dalam). Jika beli paket tertentu, dapat satu CD yang katanya gratis.

Tapi, setelah dihitung-hitung, jika dibeli secara satuan dan tidak ambil CD, justru jatuhnya lebih murah. Jadi, ada kemungkinan CD-nya dijual secara terselubung.

Begitulah, bisa jadi dengan sistem paket memang lebih murah, asal semua isinya adalah makanan dan minuman yang kita sukai. Yang penting, teliti dulu sebelum membeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun