Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Meskipun Disindir Istri, Saya Tetap Setia Berkompasiana

18 September 2022   05:12 Diperbarui: 18 September 2022   05:41 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengetik tulisan di laptop|dok. Thinkstock, dimuat Kumparan.com

Apa yang terjadi bila istri kurang menyukai hobi suami? Tentu ada beberapa kemungkinan jika ditinjau dari teori posisi, maksudnya dilihat dari siapa yang lebih dominan dalam rumah tangga.

Jangan anggap seorang suami yang punya jabatan tinggi di tempatnya bekerja, sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga, otomatis si suami juga berkuasa di rumah.

Namanya juga ibu rumah tangga, itu bukan status yang bisa dipandang dengan sebelah mata. Sebutan yang paling pas adalah "ratu rumah tangga", karena urusan internal, biasanya dipegang istri.

Masalahnya, ada istri pejabat yang kebablasan, sehingga tak sedikit istri yang ikut campur urusan kantor di mana suaminya jadi pejabat tinggi.

Bahkan, istri pejabat bisa terkesan lebih galak dari suaminya sendiri, ketika memberikan "instruksi" kepada anak buah suaminya.

Guyonan tentang adanya kelompok ISTI (Ikatan Suami Takut Istri) tentu muncul karena faktanya memang ada saja suami yang mati kutu bila "dijewer" istrinya.

Jadi, kembali ke soal hobi yang telah disinggung di awal tulisan ini, maka paling tidak ada tiga kemungkinan yang berkaitan dengan sikap istri melihat suaminya asyik dengan hobinya

Pertama, kalau "aura" istri lebih kuat dari suami, maka bisa jadi istri akan ngomel-ngomel melulu jika suami terlalu banyak menghabiskan waktu dan biaya untuk hobinya.

Karena kalah aura, sang suami terpaksa mengurangi intensitasnya dalam menggeluti hobinya. Kecuali, ketika tidak lagi dipantau istri, suami diam-diam akan kembali ke hobi lamanya.

Kedua, jika aura atau wibawa suami jauh di atas istrinya, maka mau tak mau si istri harus mengihklaskan bahwa ia hanya menjadi "istri kedua". 

Lalu, siapa yang jadi "istri pertama"? Tak lain dan tak bukan adalah hobi yang digila-gilai si suami. Soalnya, alokasi waktu yang diberikan suami untuk hobinya jauh lebih banyak ketimbang waktu bersama istrinya.

Ketiga, bila posisinya relatif berimbang, ini merupakan hal yang ideal. Tanpa memandang siapa yang lebih tua atau siapa yang mencari uang, tercipta kondisi yang saling menghargai berdasarkan rasa cinta.

Dengan demikian, suami akan tahu sendiri kapan bisa memuaskan diri dengan hobi dan kapan harus menyediakan waktu khusus untuk keluarga. 

Begitupun istri, tahu kapan harus membiarkan suami asyik dengan hobinya dan kapan dengan tutur kata yang lembut mengajak suami untuk melakukan hal lain.

Nah, sekarang tentang pengalaman saya sendiri, dengan posisi yang relatif berimbang dengan istri. Kami sering berembuk dulu sebelum memutuskan sesuatu.

Sejak setahun terakhir ini, saya punya waktu yang berlimpah untuk melakukan hobi, bahkan termasuk pada hari kerja, karena saya tak punya tugas formal lagi.

Sehari-hari saya lebih banyak berada di rumah. Tapi, sesekali saya masih mendatangi kantor tempat dulu saya lama bekerja. Bisa juga pergi untuk bertemu famili atau sahabat.

Demikian pula istri saya yang dulunya seorang guru, sejak tahun lalu juga sudah memasuki masa pensiun.

Dari kecil dulu, jika ditanya apa hobi, saya sering bingung, meskipun akhirnya saya menjawab bahwa "membaca" dan "menulis" sebagai hobi.

Padahal, menurut teman-teman saya ketika sekolah dulu, itu bukan hobi, tapi kewajiban sebagai seorang pelajar atau mahasiswa.

Tapi, saya mengajukan argumen, karena membaca yang saya maksud bukan membaca buku pelajaran karena mau ujian. 

Hobi membaca saya lampiaskan dengan "melahap" koran, majalah, dan berbagai buku dari jenis sastra hingga biografi orang-orang terkenal.

Sedangkan menulis yang saya anggap hobi bukanlah menulis paper atau makalah dalam rangka tugas sekolah atau kuliah, tapi menulis di buku harian dan di media tertentu.

Sebagai contoh, sejak mahasiswa dulu saya sudah menulis opini yang dimuat oleh beberapa media cetak, yang saya anggap sebagai hobi yang mendapat honor.

Memang, saya juga senang menikmati musik pop, termasuk menonton konser musik. Juga, suka menonton film dan menonton pertandingan sepak bola.

Tapi, tetap yang menjadi hobi utama adalah membaca dan menulis. Apalagi, sejak November 2013 saya bergabung dengan Kompasiana, yang bagi saya adalah wadah yang pas untuk menyalurkan hobi.

Aktivitas saya berkompasiana tidak sekadar membuat tulisan dan menayangkannya. Tapi, juga membaca tulisan penulis lain sekaligus berinteraksi sesama penulis yang bagi saya mendatangkan kenikmatan tersendiri.

Maka, jika tak ada agenda keluar rumah, jadwal saya berkompasiana cukup padat, karena terbagi dalam beberapa sesi.

Dimulai dari sesi subuh, yakni setelah selesai salat subuh hingga sekitar jam 7 pagi. Berikutnya sesi pagi sekitar pukul 10 hingga 11.30.

Berlanjut lagi dengan sesi siang, sekitar jam 13.00 hingga 14.00. Adapun sesi sore dan malam bersifat tentativ, karena jika ada siaran langsung sepak bola atau acara televisi yang menarik, berkompasiana saya stop dulu.

Di lain pihak, istri saya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, biasanya lebih banyak menikmati video dari aplikasi tertentu.

O ya, kami juga sudah dikaruniai seorang cucu. Jika cucu lagi berada di rumah kami, tentu istri saya lumayan sibuk mengurus cucu.

Bila melihat saya terlalu lama berkompasiana di depan laptop, sesekali istri melontarkan sindiran. 

Seolah-olah saya dari subuh hingga malam di depan laptop. Padahal, seperti saya tulis di atas, ada sesi-sesinya, bukan tanpa jeda.

Kalau sudah begitu saya berhenti sebentar sambil momong cucu. Setelah itu, saya menulis dan blogwalking dengan membaca tulisan kompasianer lain dan meninggalkan jejak dengan memberikan komentar atau sekadar penilaian.

Ya, begitulah, namanya juga hobi, saya setia berkompasiana, karena ada sensasi tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun