Kedua, foto gaya bebas. Begitu si pengarah berteriak "gaya bebas", biasanya jadi berisik. Ada yang berinisiatif mengajak yang lain agar gayanya seragam
Saya sendiri, dasar orangnya pemalu, mungkin juga malu-maluin, sering bingung menerjemahkan gaya bebas tersebut. Dan tidak selalu saya mengikuti gaya yang lain.
Tapi, menurut saya, gaya bebas versi yang lain pun ternyata begitu-begitu saja. Melambaikan tangan, mengacungkan jempol, jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V, dan berbagai kode jari lainnya.
Ya, ada juga yang kakinya ikut bergaya dengan mengangkat sebelah kaki. Kebanyakan foto gaya  bebas tersebut disertai dengan tertawa yang lepas, pertanda gembira.
Begitulah, acara berfoto sekarang ini, tidak hanya pada momen pernikahan, tapi hampir setiap saat, seperti ritual wajib tiga kali sehari, sejak maraknya media sosial.
Bayangkan, sebelum makan saja, perlu difoto dulu apa yang akan dimakan. Apalagi, bila tempat makannya tergolong mewah yang menimbulkan hasrat untuk pamer.
Lalu, setiap kegiatan kumpul-kumpul hukumnya wajib untuk foto bersama. Dan foto bersama itu yang paling laris adalah foto gaya bebas.
Tadinya, kenapa pakai gaya bebas, mungkin maksudnya agar unik, lain dari yang lain. Jadi, kalau muncul di media sosial, diharapkan banyak yang berkomentar positif.
Hanya saja, karena foto gaya bebas akhirnya begitu-begitu saja, keunikannya tidak terlihat lagi.
Bagi mereka yang hobi berfoto bareng, perlu mencari ide, gaya apa lagi yang unik dan sedap dipandang jika ditampilkan di media sosial.
Sedangkan bagi Anda yang tidak suka berfoto, mungkin Anda termasuk golongan minoritas dan sulit mengelak untuk tidak ikut berfoto.