Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Harus Bawa-bawa Jabatan ketika Bertengkar di Ruang Publik?

24 November 2021   17:02 Diperbarui: 24 November 2021   17:59 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertengkaran antar penumpang pesawat | dok. Brilio.net

Dalam kondisi seperti itu, besar kemungkinan tak ada yang mau mengalah karena masing-masing merasa benar.

Meskipun objek yang dipertengkarkan sama sekali tak berkaitan dengan jabatan atau kedudukan seseorang, arogansi bisa saja muncul dengan terucapnya kata-kata: "kamu tidak tahu siapa saya?" atau "kamu tak tahu siapa bapak saya?"

Harapannya, pihak lawan akan keder begitu tahu ia berhadapan dengan seseorang yang punya jabatan tinggi atau keluarga dari orang terpandang.

Namun, karena pihak lawan juga merasa bukan sembarang orang, biasanya tak kalah gertak dan balas menantang.

Begitulah, di negara kita yang namanya jabatan merupakan sesuatu banget, karena seseorang dihargai bukan karena prestasi atau kepribadiannya, tapi lebih pada status yang disandangnya.

Padahal, jabatan tak ada yang bisa disandang selamanya. Lambat atau cepat akan terlepas. Tapi, mungkin ada yang berpikiran untuk memanfaatkan jabatan mumpung masih bisa.

Ketika emosi tersalurkan dengan berapi-rapi, rasanya ada kepuasan tersendiri, seakan harga dirinya terselamatkan.

Namun, justru setelah bertengkar, biasanya mereka yang terlibat akan malu sendiri, terutama mereka yang terlanjur membawa-bawa jabatan atau membawa-bawa orang tua yang jadi pejabat.

Kalau kita kembali pada ajaran agama, disebutkan bahwa akhlak yang mulia harus menjadi pedoman dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Emosi dan arogansi bukan cerminan akhlak mulia. Juga tidak sesuai dengan budaya kita yang penuh tata krama.

Tapi, soal budaya kita, ada semacam dualisme, karena selain tata krama, ternyata ada budaya lain yang kondusif bagi tumbuhnya arogansi jabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun