Nasib kompetisi kasta tertinggi sepak bola di tanah air yang disebut dengan Liga 1 telah lama terkatung-katung, sejak negara kita dilanda pandemi Covid-19.
Berkali-kali diberitakan Liga 1 segera bergulir sejak awal tahun ini, dengan mencontoh kompetisi di luar negeri yang tetap berlangsung, meskipun tanpa dihadiri penonton.
Namun, berkali-kali pula jadwal yang telah disusun panitia, ditunda lagi. Itupun tidak disebutkan sampai kapan batas waktu penundaan itu.
Dapat dibayangkan apa dampaknya bagi 18 klub peserta Liga 1. Persiapan semua klub tentu tidak maksimal. Bahkan, karena ketidakjelasan kapan kompetisi akan dimuai, tak sedikit klub yang sengaja libur panjang, demi menghemat pengeluaran.
Untunglah, akhirnya muncul juga pengumuman dari PSSI bahwa Liga 1 akan diselenggarakan mulai 27 Agustus 2021 mendatang.Â
Mudah-mudahan tidak ada kondisi yang tidak terduga, khususnya terkait musibah pandemi, sehingga jadwal tersebut tidak tertunda lagi.
"BRI Liga 1", itulah namanya sekarang yang telah di-launching secara resmi pada 12 Agustus 2021, seiring dengan pergantian sponsor utama, dari musim kompetisi sebelumnya dipegang oleh Shopee, beralih ke Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Dari kacamata bisnis, menarik mencermati perjalanan sponsor utama pada kompetisi sepakbola di tanah air, yang tentu peranannya sangat penting.
Guyuran dana dari sponsor itulah yang menjadikan kompetisi bisa tetap bergulir, sejak liga profesional dimulai di tanah air, yakni dengan menyatukan liga sepak bola utama (ligatama) dan kompetisi antar bond perserikatan.
Pada awalnya, yakni pada tahun 1994, dinamakan "Liga Dunhill", karena perusahaan rokok tersebut yang menjadi sponsor utama.
Berikutnya, pada tahun 1996, berganti menjadi "Liga Kansas". Seperti Dunhill, Kansas juga merek rokok yang waktu itu cukup populer.
