Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tips Tawar Menawar di Pasar Tradisional, Tidak Hanya Ibu-ibu yang Bisa

6 Juni 2021   22:15 Diperbarui: 7 Juni 2021   13:09 2485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas jual beli di Pasar Sumurpanggang Kota Tegal, Jawa Tengah mengabaikan jarak fisik di tengah penerapan new normal, Senin (15/6/2020)(KOMPAS.com/Tresno Setiadi)

Anak muda sekarang banyak yang tidak biasa berbelanja di pasar tradisional, karena sudah merasa nyaman berbelanja di mal, di pasar swalayan atau berbelanja secara online. Namun tak ada salahnya mengetahui tips tawar menawar di pasar tradisional, siapa tahu, tips ini suatu saat akan bermanfaat.

Keunikan berbelanja di pasar tradisional, memang terletak pada tawar menawar harga barang. Selain itu, antar penjual dan pelanggan bisa terjalin keakraban, sehingga bisa ngobrol dengan nyaman.

Sebelum itu, perlu diketahui, meskipun yang jago dan betah berlama-lama menawar harga barang adalah ibu-ibu, pada dasarnya kemampuan menawar bisa dilakukan oleh siapa saja, laki-laki dan wanita, serta anak muda dan orang tua.

Kemudian, tak perlu merasa gengsi menawar harga. Bila si pedagang mengatakan harganya masih bisa ditawar, ya ambil kesempatan itu. Jadi, ini bukan soal kasihan atau tega kepada si pedagang. Toh kalau tujuan kita beramal dan membantu, tentu konteksnya berbeda dari tulisan ini.

Jangan pula beranggapan kegiatan tawar menawar tersebut menghabiskan waktu. Toh, kita bisa melakukannya dengan waktu yang tidak terlalu lama, bila sudah mengetahui tips atau kiatnya.

Jika kita berbelanja kebutuhan harian, seperti makanan jadi atau bahan masakan di dapur, tidak perlu ngotot menawar. Soalnya, biasanya harganya sudah standar. Kalaupun bisa ditawar, hanya turun sedikit, sekitar 3 persen yang biasanya diberikan kepada pelanggan tetapnya.


Demikian pula bila berbelanja di toko-toko tempat saudara kita keturunan Tionghoa berdagang. Pada umumnya, di sini masih dibolehkan menawar harga barang yang kita incar. Namun, barang tersebut hanya akan dilepas dengan harga sedikit di bawah harga semula, sekitar 5 persen.

Nah, tujuan utama tulisan ini adalah memberikan tips kepada pembaca yang berbelanja di pasar tradisional dan barang yang akan dibeli bukan kebutuhan harian. Contohnya adalah membeli pakaian, tas, koper, sepatu, ikat pinggang, atau dompet.

Tips pertama, pilih satu toko yang barangnya paling lengkap di pasar tersebut. Setelah menemukan barang yang dicari, tidak usah terlalu diteliti dulu, agar terkesan tidak terlalu membutuhkan. 

Setelah itu minta informasi berapa harganya. Lalu minta izin pamit, dengan alasan belum akan membeli sekarang, hanya sekadar ingin tahu harga. Tapi, jenis barang dan harga di toko tadi agar diingat-ingat atau dicatat.

Kedua, cari barang yang sama di dua buah toko lainnya di pasar tersebut. Pakai taktik pertama tadi yakni minta informasi harga. Dari tiga toko tersebut, bila harganya sama semua, berarti harganya standar. 

Dalam hal ini, pilih salah satu dari ketiga toko itu dan teliti barangnya dengan hati-hati. Jika sudah memenuhi selera, ajukan penawaran sekitar 20 persen lebih rendah dari harga awal. Tunggu reaksi si pedagang, bila ia antusias, ada harapan nanti akan deal dengan harga 15 persen di bawah harga semula.

Tapi, kalau si pedagang tidak beranjak dari posisi semula, pindah saja ke toko sebelah. Kalau pas melangkah, si pedagang memanggil lagi, ada harapan ia akan mengurangi harga, paling tidak sekitar 10 persen di bawah harga semula.

Ketiga, bila si pedagang membiarkan kita pergi, segera melangkah ke toko kedua atau ketiga, lakukan hal yang sama. Biasanya akan ada salah satu toko yang mau melepas barang 10-15 persen di bawah harga semula.

Keempat, bila barang yang sama di ketiga toko itu harganya bervariasi, agak sulit menentukan standar harganya. Dalam hal ini, tak ada salahnya kita memohon maaf tidak jadi membeli karena tidak menyangka harganya semahal itu.

Bila si pedagang bertanya, "memangnya mau menawar berapa?", sambil minta maaf, bilang saja satu angka yang jauh di bawah penawaran semula, katakanlah 30-40 persen di bawah itu.

Jika si pedagang langsung menurunkan harga 10 persen di bawah harga semula, bilang saja tidak mau dan beranjak pergi. Kalau si pedagang membiarkan, itu artinya barang tersebut memang mahal. 

Namun, bila si pedagang memanggil lagi, tinggal kegigihan kita dalam tawar menawar, karena ada harapan barang akan dilepas sekitar 20 persen di bawah harga semula.

Memang sedikit butuh waktu. Kenapa kalau ibu-ibu berbelanja bisa habis waktu seharian? Itu karena yang dimasuki bisa sampai 7-8 toko. Makanya, bagi yang tak punya waktu banyak, tiga toko sebetulnya sudah cukup.

Sekiranya di antara ketiga toko, tak ada yang bisa melakukan diskon yang signifikan, jangan merasa telah mebuang waktu. Toh, meskipun harganya hanya lebih murah 5 persen dari harga semula, bukankah kita merasa lega, dalam arti tidak berbelanja kemahalan.

O ya, satu lagi, bila telah membeli barang, jangan lagi menoleh ke toko lain yang menawarkan barang yang sama. Soalnya, bila ketahuan di toko lain itu harganya lebih murah, akan merusak pikiran kita. Malah bisa mendatangkan penyakit.

Patut diketahui, tawar menawar itu ada seninya. Usahakan kita berbicara secara tenang dan ramah. Bertingkah agak sombong, malah membuat si pedagang bertahan dengan harga awal.

Tapi, bila kita menghargai si pedagang, misalnya dengan memuji barangnya bagus dan ingin jadi pelanggan tetapnya, bisa jadi hatinya akan luluh.

Demikian saja, semoga tips tawar menawar di pasar tradisional di atas bisa bermanfaat. Bagi para pembaca, selamat mencoba tips tersebut. Rasakan sensasi tawar menawar yang tak akan ditemui di mal atau di swalayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun