Demikian pula merchandise dari berbagai universitas besar di luar negeri. Saya punya jaket bertuliskan Cambridge University, karena pernah berkunjung ke sana, meskipun tidak pernah kuliah di sana.
Itulah hebatnya, bila nafsu pamer atau nafsu narsis seseorang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pebisnis, sehingga pihak produsen menuai dua kali keuntungan, dari penjualan produk dan sekaligus dipamerkan oleh konsumennya ke orang lain.
Nah, kalau warga Indonesia  sangat banyak yang memakai baju kaos bertuliskan nama kota di luar negeri atau nama klub sepak bola asing, apakah orang asing suka memakai baju kaos bertuliskan nama-nama tempat di Indonesia? Harus diakui, masih langka, dan menjadi tantangan bagi pelaku usaha kreatif di negara kita.
O ya, saya punya dua kaos bertuliskan "Kompasiana". Kaos ini gratis, pernah beberapa kali saya pakai ke tempat wisata, ketika warnanya masih terang. Kemudian sekarang hanya dipakai di rumah. Jelas, kaos Kompasiana lebih mulia dari kaos gratisan yang mencantumkan nama perusahaan tempat saya bekerja, yang setiap tahun saya dapat bersamaan dengan momen ulang tahun perusahaan.
Kenapa lebih mulia? Karena untuk mendapatkan kaos Kompasiana, perlu usaha, paling tidak harus datang ke event yang digelar pengelola Kompasiana, seperti acara Kompasianival.
Nah, karena Kompasianival tahun ini digelar secara virtual, menjadi pertanyaan, ada pembagian kaos Kompasiana gak ya? Kalau pun tidak ada, sangat bisa dimaklumi. Soalnya peserta virtual pasti banyak sekali. Anggarannya kan mahal?