Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertukar Peran dalam Rumah Tangga? Maaf, Saya Kalah Telak

1 November 2020   16:12 Diperbarui: 1 November 2020   18:46 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock/makistock, dimuat popmama.com

Hidung saya lebih sensitif membaui gas bila ada sesuatu yang salah dengan kompor gas. Istri saya sendiri tidak begitu sensitif hidungnya. Tapi urusan mencabut dan memasang selang gas, saya menyerah, istri saya lebih jago.

Berikutnya, pindah ke urusan mencuci pakaian, menjemur, dan menyetrika. Tak semua pakaian dicuci dengan mesin cuci. Pakaian batik dicuci istri saya dengan tangan. Menggunakan mesin cuci, meskipun sekadar memencet tombol, saya jarang melakukannya.

Namun, dalam menyetrika pakaian, terutama pakaian saya sendiri, sering saya lakukan di hari-hari tertentu. Yang bikin saya kesal, anak-anak kurang perhatian terhadap pakaian mereka sendiri. Pakaian yang sudah kering ditumpuk begitu saja, yang akhirnya terpaksa istri menyediakan waktu khusus untuk melipatnya.

Kemudian beranjak ke pekerjaan yang bersifat insidentil, yang seharusnya menjadi area laki-laki, seperti mengganti bohlam pakai stager (tangga), mengganti kran air yang rusak, dan hal lain yang memerlukan obeng, selotip, martil, paku, dan sebagainya. Sayangnya, saya malu mengakui, dalam hal ini pun, istri saya lebih lincah. 

Ada adegan yang memilukan yang tadinya tidak akan saya tuliskan, tapi biarlah, jujur itu terkadang pahit. Adegan itu ialah, saya hanya kebagian peran memegang kaki stager, sementara istri saya dengan cekatan naik ke atasnya.

Bila istri saya tak lagi mampu mengatasi masalah "laki-laki" tadi, baru saya akan mencari tukang. Tapi kalau masalah insidentil yang bersifat "perempuan" sepeti mengganti kancing baju saya yang terlepas, akan beres sama istri saya.


Saya sendiri menjunjung tinggi kesetaraan pria-wanita. Saya memang bukan tipe suami yang ingin dilayani, di mana bila mau makan, piring, sendok, termasuk memasukkan nasi ke piring dilakukan istri. Bukan, semuanya saya lebih suka melakukannya sendiri. Saya juga bukan yang tahu beres di mana baju, singlet, celana dalam dan handuk pun disiapkan. Kalau itu kan saya punya selera sendiri, baju apa yang saya mau pakai.

Dalam hal berbelanja ke supermarket, saya sering menemani istri, tapi kalau ke pasar tradisional istri lebih suka sendiri. Bila istri berbelanja pakaian ke Tanah Abang, saya kapok, bisa memakan waktu setengah hari. Untung istri saya juga senangnya tidak ditemani.

Tentu semua orang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Istri saya bukan tipe komunikator yang baik. Ia jarang berbasa-basi. Nah, ini jadi bagian saya. Bila ada Pak RT datang, petugas kebersihan, petugas keamanan, petugas sensus, dan sebagainya, saya yang akan menghadapi.

Bahkan, untuk ke dokter saja, saya harus mendampingi, dan justru saya yang menceritakan apa keluhan si istri. Kalau saya yang ke dokter, tak perlu ditemani istri.

Namun, bila yang datang tamu tak diundang yang perlu sedikit "digertak", itu bagian istri. Dulu, ketika kami masih menggunakan pengemudi pribadi, bila ada keluhan yang berbuntut meminjam uang, si pengemudi selalu ngomong ke saya. Tapi bila ia ngelunjak dan perlu sedikit direspon dengan keras, itu jadi tugas istri. Saya memang lebih tidak tega, bahkan juga ada yang memalukan, saya lebih gampang meneteskan air mata ketimbang istri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun