Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kinerja 4 Bank BUMN Turun Drastis, BCA Patahkan Dominasi BRI

2 September 2020   10:10 Diperbarui: 2 September 2020   10:11 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti sudah diduga, dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja sektor perbankan, sungguh besar. Pembatasan sosial demi memutus mata rantai penularan Covid-19 telah membuat perekonomian lesu, sehingga perusahaan yang menerima kucuran kredit dari bank, tidak mampu membayar cicilan pokok dan bunganya, dalam arti menjadi kredit macet.

Pada gilirannya, kredit macet tersebut menggerus perolehan laba bank, sebagaimana dapat dilihat dari laporan keuangan sejumlah bank papan atas di negara kita untuk periode semester I-2020 ini. Berikut ini beberapa catatan terkait perolehan laba bank-bank dimaksud.

Pertama, Empat bank milik negara semuanya mengalami penurunan laba secara drastis pada semester I-2020 dibandingkan dengan semester I-2019. Secara persentase, penurunan laba terbesar dialami oleh Bank Negara Indonesia (BNI). Bank ini membukukan laba sebesar  Rp 4,460 triliun selama semester I-2020, yang berarti mengalami penurunan sebesar 41,6 persen dibanding semester I-2019.

Berikutnya Bank Tabungan Negara (BTN) mengalami penurunan laba sebesar 40 persen, dari Rp 1,3 triliun pada semester I-2019 menjadi Rp 768 miliar pada semester I-2020. Kemudian Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang perolehan labanya anjlok 37,04 persen, sehingga labanya pada semester I-2020 tercatat sebesar Rp 10,201 triliun. Terakhir, Bank Mandiri memperoleh laba Rp 9,826 triliun atau turun 23,62 persen ketimbang semester I-2019.

Kedua, penurunan laba bank milik negara terutama diperkirakan berkaitan dengan program relaksasi kredit sesuai dengan kebijakan yang diambil pemerintah untuk membantu dunia usaha. Melalui program relaksasi ini, perusahaan penerima kredit diperkenankan mengajukan permohonan penundaan cicilan kredit ke pihak bank.

Ketiga, BRI yang sejak 20o5 setiap tahun secara berturut-turut selalu bertengger pada posisi teratas sebagai bank dengan perolehan laba terbesar di tanah air, sekarang disalib oleh bank swasta terbesar, Bank Central Asia (BCA). 


BCA memang mengalami penurunan laba pada semester I-2020 dibandingkan semester I-2019, tapi penurunannya relatif kecil, yakni 2,19 persen. Secara nominal, laba BCA  pada semester I-2020 tercatat sebesar Rp 12,062  triliun, cukup jauh melebihi laba BRI yang sebesar Rp 10,201 triliun.

Keempat, kondisi bank-bank swasta sendiri, sangat beragam, berbeda dengan bank BUMN yang kompak mengalami penurunan kinerja. Ada tiga bank swasta yang perolehan labanya pada semester I-202o meningkat ketimbang semester I-2019, yakni Bank OCBC NISP meningkat 1,75 persen menjadi Rp 1,563 triliun, Bank Mega meningkat 32,60 persen menjadi Rp 1,182 triliun, dan Bank BTPN meningkat 33,10 persen menjadi Rp 1,075 triliun.

Secara persentase, peningkatan yang dialami BTPN adalah yang terbesar di antara 11 bank yang diteliti, namun secara nominal peraih laba terbesar seperti yang disinggung di atas adalah BCA, diikuti BRI dan Mandiri.

Adapun tiga bank swasta lainnya mengikuti jejak bank BUMN yang membukukan laba yang menurun selama semester I-2020 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Bank CIMB Niaga mengalami penurunan laba sebesar 12,99 persen menjadi Rp 1,650 triliun. 

Bank Danamon mengalami penurunan laba sebesar 47,62 persen (persentase penurunan terbesar di antara 11 bank yang diamati) menjadi Rp 845 miliar. Terakhir, Bank Panin juga menurun labanya sebesar 11,46 persen, menjadi Rp 1,303 triliun.

Kelima, semua bank di atas berstatus bank publik, dalam arti sebagian sahamnya beredar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ternyata, pergerakan harga sahamnya, kuat korelasinya dengan kinerja perolehan laba bank-bank di atas, meskipun tentu juga dipengaruhi faktor lain. 

Yang pasti, hampir semua bank di atas, harga sahamnya anjlok dibanding harga pembukaan bursa di tahun ini. Tentu seperti sama-sama diketahui, hal ini sebagai dampak pandemi Covid-19 yang membuat bursa saham di berbagai negara terpukul.

Dalam hal ini yang diperbandingkan adalah harga saham pada tanggal 2 Januari 2020 sebagai pembukaan perdagangan di tahun ini, dengan harga pada  19 Agustus 2020 setelah 11 bank publik di atas mempublikasikan laporan keuangannya.

BCA yang menggondol predikat bank dengan laba tertinggi, harga sahamnya hanya turun 5,38 persen dari Rp 33.450 per lembar saham pada 2 Januari 2020 menjadi Rp 31.650 per lembar saham pada 19 Agustus 2020.  Pada saat yang sama, saham BRI  turun 19,27 persen, dari Rp 4.410 menjadi Rp 3.560.

Kemudian, Bank Mandiri juga turun harga per lembar sahamnya sebesar 21,29 persen, dari Rp  7.750 menjadi Rp 6.100. Demikian pula BNI turun 35,05 persen, dari Rp 7.775 menjadi Rp 5.050. Sedangkan harga saham BTN anjlok dari Rp 2.130 menjadi Rp 1.510, atau turun 29,11 persen.

Adapun untuk bank-bank swasta, saham CIMB Niaga turun sebesar 17,10 persen, yakni dari Rp 965 ke Rp 800. Bank OCBC NISP turun sebesar 14,29 persen dari Rp 840 menjadi Rp 720, dan Bank Panin mengalami hal yang sama, turun 40,88 persen, dari Rp 1.370 menjadi Rp 810. 

Bank Mega menjadi pengecualian, satu-satunya yang naik harga sahamnya dari Rp 6.350 menjadi Rp 6.975, atau per lembar saham naik 9,84 persen. Hal ini mungkin karena labanya juga naik tajam secara persentase, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Namun BTPN yang labanya juga naik tajam, harga sahamnya malah turun 27,08 persen dari Rp 3.250 menjadi Rp 2.370. 

Bank terakhir yang diamati, Bank Danamon, mengalami penurunan harga saham yang signifikan, yakni sebesar 30,05 persen dari Rp 3.960 menjadi Rp 2.770. Namun demikian, persentase penurunan Bank Danamon masih di bawah Bank Panin dan BNI.

Sebagai cacatan penutup, bagaimana kira-kira kinerja bank-bank tersebut pada semester II-2020? Banyak pengamat berpendapat pada semester I lalu, dampak pandemi terhadap perbankan belum mencapai puncak, karena tertolong oleh masih normalnya kondisi bisnis pada dua hingga tiga bulan pertama. 

Tapi selama 6 bulan di semester II ini, diperkirakan sepenuhnya menjadi masa kelabu bagi perbankan. Sehingga bila digabungkan dengan laba semester I menjadi laba full year 2020, bisa-bisa angka laba semester I di atas, tersedot oleh kerugian pada semester II. Akankah seburuk itu? Semoga tidak terjadi.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun