Jika para politisi saling berbesanan, sebetulnya tidak ada yang aneh. Bukankah hal yang sama juga dialami oleh profesi lain? Begitulah yang kita lihat, anak pengusaha kaya menikahi anak pengusaha kaya juga. Anak dokter menikah dengan anak dokter, atau antar artis saling berbesanan.
Tidak selalu hal itu terjadi karena dijodohkan orang tuanya. Pernikahan secara alami antar pasangan yang saling jatuh cinta pun bisa saja terjadi, karena dalam pertemuan antar politisi yang bersifat informal, lazim pula mengikutsertakan anak-anak mereka.
Tentu saja ketika pertemuan itu ada yang saling lirik dan saling berkenalan. Kalau setelah itu ada yang berlanjut ke tahap pacaran dan menikah, maka orang tua tinggal merestui saja.
Saat pernikahan berlangsung, bila yang berbesanan adalah sesama politisi kelas nasional, jelas yang hadir kebanyakan juga para pejabat tinggi, di samping para politisi dari berbagai partai. Pers sering menjuluki hal ini sebagai "pernikahan politik".
Maka tak perlu heran bila putra mantan Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang poluler dipanggil Ibas, menikah dengan putri Hatta Rajasa, mantan Menko Perekonimian di era pemerintahan SBY yang kedua, yang bernama Siti Ruby Aliya Rajasa. SBY adalah Ketua Umum Partai Demokrat, sedangkan Hatta Rajasa pernah jadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN).
Demikian pula yang terjadi antara dua orang politisi PAN, Amien Rais dan Zulkifli Hasan. Putra ketiga Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais menikahi putri sulung Zulkifli, Futri Zulya Safitri, pada Oktober 2011.Â
Saat itu hubungan Amien dan Zulkifli sangat kompak. Bahkan pada Kongres PAN di Bali, Maret 2015, keduanya bersatu menggulingkan inkumben Hatta Rajasa dari kursi ketua umum partai.
Tapi tak ada yang abadi dalam berpolitik. Pada Kongres PAN yang berlangsung Februari tahun ini di Kendari, Sulawesi Tenggara, seperti yang ramai diberitakan media massa, terjadi kericuhan.Â
Dalam hal ini kubu Amien berseberangan dengan kubu Zulkifli. Tidak seperti biasanya, kali ini "kesaktian" Amien pun sirna, Zulkifli akhirnya muncul sebegai pemenang dan kembali menduduki kursi ketua umum partai.
Banyak yang bertanya, seperti apa pengaruh konflik politik tersebut pada rumah tangga Ahmad Mumtaz Rais? Dilansir dari detik.com (13/2/2020), ternyata Mumtaz lebih memilih berada di kubu mertuanya. Sedangkan kakaknya, Hanafi Rais, berada di kubu sang ayah.
Namun, Mumtaz membantah bila dikatakan hubungannya dengan sang bapak tidak baik. Dia mengatakan Amien Rais adalah profesor politiknya, sedangkan Zulkifli Hasan sebagai dosen politik.Â
Mumtaz juga mengaku sebagai perekat antar kedua kubu dan mengatakan tak ada keretakan antara Pak Amien dan Pak Zul. "Itu nol besar," katanya tentang isu keretakan itu.
Tidak terbayang bila misalnya Mumtaz pro ke Amien Rais dan istrinya pro ke Zulkifli Hasan. Kalau begini akankah berakhir dengan kehancuran rumah tangga?Â
Lha, pasangan yang hanya beda pilihan saat pilpres saja ada yang bubar, meskipun mereka bukan anak dan bukan pula menantu dari Jokowi atau Prabowo.
Bila pasangan yang ditakdirkan berjodoh yang berasal dari lingkungan yang sama, seperti sesama anak politisi, bisa memilah-milah masalah, sebetulnya tidak jadi masalah.
Masalah politik jangan dibawa ke dalam rumah tangga. Sehingga dampak negatif dari perbedaan pilihan politik, bisa terkendalikan, tidak berkembang jadi konflik rumah tangga.
Biarkan sesama orang tua ribut dengan pilihan politiknya. Tapi begitu bertemu dalam acara keluarga, antar besan harus akur. Tidak perlu pula mencari dukungan dari anak masing-masing.
Apalagi antar suami istri berbeda pilihan politiknya, biarkan itu terjadi di bilik suara saat pemilu saja, di kamar tidur harus bisa melupakan hal itu.Â
Anak-anak harus mendapat contoh yang baik dari orang tuanya bahwa mereka yang berbeda pilihan politik tidak otomatis secara pribadi bermusuhan. Hubungan silaturahmi tetap harus jalan.
Ini sekaligus menjadi pembelajaran politik bagi anak-anaknya, apabila nanti sudah dewasa tidak bermusuhan dengan teman-temannya yang berbeda pilihan politik.
Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari sebuah "perkawinan politik", sepanjang sudah mengetahui konsekuensinya dan tahu cara mengendalikannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI