Keramahtamahan yang bagaimana yang harus dilakukan? Tak perlu dibuat-buat dengan pola yang seragam. Kalimat "Selamat siang bapak, apa yang bisa kami bantu?" kadang-kadang terdengar membosankan bagi para tamu. Atau senyum yang seperti diatur, akan terlihat tidak orisinil.
Keseragaman senyuman dan sapaan biasanya buah dari pelatihan. Memang sekarang ini banyak lembaga pelatihan yang mendidik para customer service dari berbagai perusahaan yang menekankan pada aspek praktik sesuai yang dicontohkan instrukturnya.
Sebenarnya, segala sesuatu yang dilakukan secara ikhlas dari hati, meskipun dengan berbagai versi kalimat, akan masuk pula ke hati para pelanggan atau calon pelanggan.
Dengan gaya yang lebih bebas sepanjang dilakukan dari hati, sekaligus membuat nyaman para petugas, yang sebagian di antaranya pasti ada yang introvert yang berarti lebih irit dalam berbicara.
Untuk itu perlu ditekankan tentang arti pentingnya memberi kesan yang baik pada para tamu. Hal ini harus disadari semua karyawan atau karyawati, terutama yang bertugas di bagian depan yang langsung berhadapan dengan tamu.
Seorang petugas bisa saja sedang punya masalah keluarga di rumah. Namun begitu sedang menjalankan tugas harus mampu memusatkan perhatian pada tugasnya.Â
Di sinilah akan terlihat siapa yang mencintai pekerjaan dan siapa yang bekerja dengan alasan sekadar menghindari status pengangguran.
Orang yang pada dasarnya suka bergaul harusnya lebih gampang bertugas di bisnis hospitality. Tapi tidak semua pengunjung suka bila berhadapan dengan orang yang terlalu ramah dan terlalu banyak mengajukan pertanyaan yang terkesan "memaksa" seseorang jadi pelanggan.
Sedangkan karyawati yang pendiam tidak usah dipaksa untuk menjadi orang lain yang tiba-tiba banyak mengeluarkan jurus rayuan untuk menarik perhatian tamu yang datang.
Orang yang pendiam pun bisa melayani dengan baik menggunakan gayanya sendiri. Melempar senyuman yang dilakukan dengan hati yang tulus serta ekspresi wajah yang bersahabat, itu sudah cukup. Biarkan si tamu yang mengajukan pertanyaan dan dijawab secukupnya asal mudah dipahami.
Kembali ke kegiatan klinik, apalagi untuk yang berskala lebih besar seperti rumah sakit (RS) milik swasta, meskipun tidak menyebut dirinya sebagai perusahaan yang mencari keuntungan, dan karenanya memilih berbentuk yayasan, pada prinsipnya harus menerapkan standar pelayanan yang tinggi, layaknya sebuah perusahaan jasa.