Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Peristiwa 15 Januari 1974 Seperti Terlupakan?

15 Januari 2020   19:09 Diperbarui: 15 Januari 2020   19:20 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan pada peristiwa Malari (dok. Kompas, dimuat oleh kompas.com)

Mahasiswa sebetulnya gerah dengan Ali Moertopo yang diduga sebagai orang kepercayaan Soeharto. Setelah Malari, jabatan Aspri dibubarkan oleh Soeharto dan Soemitro juga kehilangan posisi.

Sejak itulah Soeharto semakin menekan kebebasan sipil dan mahasiswa pun dipaksa untuk fokus belajar dan tidak ikut-ikutan berpolitik. Tokoh-tokoh mahasiswa yang dinilai menggerakkan Peristiwa Malari ditahan dan beberapa media cetak dicabut izin terbitnya.

Pada tahun 1978 Dewan Mahasiswa ditiadakan dan dunia kampus memasuki periode yang disebut dengan NKK-BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus-Badan Koordinasi Kemahasiswaan).

Dengan NKK-BKK, mahasiswa menjadi "mandul" dan kekuasaan Soeharto langgeng sampai ditumbangkan gerakan reformasi yang juga dimotori para mahasiswa tahun 1998.

Nah, jelaslah bahwa peran mahasiswa, tak bisa dipungkiri, sangat besar dalam sejarah Indonesia. Tapi kenapa yang terkenal cuma angkatan 1966 yang menumbangkan Soekarno dan angkatan 1998 yang menjatuhkan Soeharto?

Lalu kenapa angkatan 1974 seperti terlupakan? Gampang ditebak, sejarah ditulis oleh kelompok pemenang. Angkatan 66 dan 98 adalah sang pemenang yang merobohkan tembok besar kekuasaan yang telah berurat berakar.

Sedangkan angkatan 74 adalah sang pecundang, makanya disebut kelompok yang melakukan makar. Bayangkan kalau angkatan 98 gagal menjatuhkan Soeharto, tentu para mahasiswa juga mendapat gelar pemberontak, bukan pahlawan reformasi seperti yang disematkan saat ini.

Meskipun disebut makar, Peristiwa Malari tetap layak dikenang untuk diambil hikmahnya. Paling tidak pemerintah sekarang jangan mengikuti jejak Orde Baru yang sangat bergantung pada modal asing.

Dulu terjadi sentimen anti Jepang, sekarang tampaknya mengarah ke anti Cina. Agar tidak berkembang menjadi hal yang tidak diharapkan, pemerintah harus pintar-pintar dalam mengelola modal asing. 

Kerusuhan pada peristiwa Malari (dok. Kompas, dimuat oleh kompas.com)
Kerusuhan pada peristiwa Malari (dok. Kompas, dimuat oleh kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun