Kalau ditelusuri pemberitaan di media daring, sebetulnya Komisi Penyiaran Indonesia telah melayangkan peringatan terhadap sejumlah tayangan komedi Ramadan pada beberapa tahun terakhir.Â
Tapi mungkin karena rating-nya masih tinggi, acara sejenis tetap diproduksi. Untuk Ramadan tahun ini diharapkan pihak stasiun televisi bisa menayangkan program hiburan yang lebih bersifat spiritual dan edukatif.Â
Mungkin bisa saja acara tersbut dikemas dengan gaya bercanda, namun jangan sampai kebablasan dengan porsi yang terlalu lama dan tidak pula melecehkan kondisi fisik seseorang serta tidak melanggar norma kesopanan.
Harus diakui, jika ceramah agama dengan gaya berkhotbah satu arah, sudah sulit meraih pemirsa yang banyak. Di situlah relevansinya peran komedian untuk mencairkan suasana.Â
Apalagi bila tercipta acara yang interaktif antara pemirsa dan narasumber yang pakar agama. Tapi acara interaktif tidak selalu dengan menghadirkan sekelompok ibu-ibu dari majelis taklim tertentu yang berbaju seragam.
Pokoknya bagaimana menghadirkan program Ramadan yang enak ditonton namun sekaligus bermutu, menjadi tantangan bagi tim kreatif di masing-masing stasiun televisi.Â
Bermutu di sini lebih dimaksudkan sebagai keberhasilan dalam menggugah pemirsanya agar selalu memelihara ibadahnya sebagai perwujudan hubungan dengan Sang Pencipta (hablu minallah) serta memelihara kesalehan sosialnya dalam berhubungan dengan sesama manusia (hablu minannas).
Selamat berpuasa bagi para pembaca yang menjalankannya.