Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Setelah Debat Kedua, Kedua Kubu Saling Klaim Menang Telak

18 Februari 2019   13:57 Diperbarui: 18 Februari 2019   15:34 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita utama Kompas hari ini, Senin 18 Februari 2019, membahas pelaksanan debat capres yang kedua yang telah berlangsung Minggu malam 17 Februari 2019 di Hotel Sultan Jakarta. Kompas menyimpulkan bahwa debat yang kedua lebih berkualitas dibanding debat pertama sebulan sebelumnya.

Menurut Kompas, para calon presiden  menyentuh isu-isu yang dianggap penting oleh masyarakat kendati belum optimal mengeksplorasi gagasan dan menawarkan inovasi untuk menjawab persoalan tersebut. Hal lain yang juga bernilai positif, kedua capres sempat saling melontarkan apresiasi terhadap pesaingnya, yang pada debat perdana sebelumnya belum kelihatan.  

Jelaslah bahwa Kompas telah menjalankan fungsinya dengan relatif baik, sebagai media massa memang harus bersikap netral, meskipun sangat mungkin para redakturnya sudah punya preferensi tersendiri terhadap salah satu dari kedua capres yang bertarung.

Maka jangan berharap Kompas akan ikut-ikutan melontarkan kesimpulan bahwa dari debat tadi malam capres yang satu menang telak dari yang lain. Soalnya, kalau kita menonton tayangan berita dari beberapa stasiun televisi setelah debat berlangsung, ada tim sukses capres tertentu yang mengklaim kubunya menang telak 6-0, seolah-olah debat itu pakai skor ibarat pertandingan sepak bola saja.

Lalu, kubu lawan pun juga membalas, dengan menyatakan bahwa kubu merekalah yang menang telak. Saling klaim kemenangan tersebut sebetulnya sah-sah saja, angap sebagai psy war terhadap pihak lawan.

Namun mengingat tujuan debat bukan untuk menang kalah, lagi pula moderator tidak memberikan skor terhadap jawaban para calon sebagaimana lomba kuiz di televisi yang pada bagian penutupnya harus menetapkan siapa pemenang kuiz, mungkin lebih tepat bila berkomentar bahwa gagasan dari kubu kami lebih baik ketimbang kubu lawan dengan sejumlah alasan.

Kalau di bangku sekolah, terhadap lembar jawaban dari semua murid, akan diberi nilai oleh gurunya, sehingga ada yang dapat nilai 80, ada pula yang dapat nilai 70. Baik yang dapat 80 atau 70 sama-sama lulus, bila passing grade-nya katakanlah 60. Maka bukankah yang lulus berhak merasa menang, meski yang terbaik cuma satu orang, yakni yang nilainya tertinggi.

Nah, pada debat capres silakan masing-masing pemilih memberikan nilai terhadap jawaban kedua capres tadi malam. Tapi ini sepertinya berlaku buat pemilih yang belum punya pilihan yang pasti, ketimbang golput lebih baik memilih, antara lain berdasarkan penilaian atas jawaban saat debat.

Sedangkan bagi mereka yang sudah menetapkan pilihannya, debat tadi malam sebetulnya tidak banyak berarti, karena diduga tidak banyak yang mengganti pilihannya setelah menonton debat capres. Pertimbangannya karena itu tadi, yang sudah punya pilihan, akan memberikan nilai tinggi terhadap jagoannya masing-masing. 

Namun bisa juga dugaan ini keliru. Kita tunggu saja apakah nanti ada media yang melakukan survey yang bisa membuktikan bahwa ternyata ada sekian persen pemilih yang berganti pilihan setelah menonton debat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun