Tumpukan Koran dan majalah itu kupindahkan lalu kusortir, berharap masih ada yang selamat dari siraman hujan malam tadi. tampak beberapa buku masih terlihat aman“ empati ditengah badai ,dan satu majalah sastra terbitan horizon. diluar rumah beberapa tetangga yang hanya bercawak wara wiri mendorong gerobak sampah “kotoran inilah yang menyumbat selokan selokan sehingga banjir merendam rumah kita “ keluh seorang tetanggaku pagi itu.
Hampir sepekan Makassar diguyur hujan, beberapa daerah dipinggiran kota kabarnya telah lumpuh diterjang banjir. pun kuikut waspada bila sewaktu waktu hujan turun dengan hebat. jadwal ronda kususun bersama istri, aku memilih tidur lebih awal selepas berita malam tayang. sesuai rencana, jatah tidurku hanya empat jam saja, sisanya ronda. beruntung tugas akhir belum kelar, jadi waktu ronda kuisi dengan mengetik skripsi “ mengapa buruh sering berontak “.
pagi ini hujan turun lagi,ponco baruku ternyata sudah tak layak pakai. aku kesal, aku bingung, sementara hujan tak mau kompromi. jarum jam menunjuk angka 08.00, mau tak mau hujan harus kuterobos. nasib !!
motor kupacu, melintasi puluhan jalan berlubang, sesekali mataku awas, sebab beberapa baliho bakal calon pemimpin kota,tumbang disapu angin. duh, menakutkan. haruskah demikian ?
kotaku kini banyak berubah, pembangunan sesak dimana mana. sama sesaknya dengan puluhan jalan berlubang yang menghiasi kota. aku pun ikut - ikutan sesak, tatkala wajah calon walikota semakin banyak bermunculan lalu, menjanjikan aneka perubahan.begitukah mestinya ?