kadang-kadang tak dapat sepenuhnya dipahami. Di dalamnya bercampur baur antara cinta, kebencian, drama, kepalsuan, dan Iain-Iain. Perayaan tanpa akhir. Semua mabuk tumbang berdiri kembali dengan linglung masih di dunia yang sama.
Corak lukisannya beragam-ragam tertarik ke sana kemari, menunjukkan ketidak-stabilan, atau justru sedang mencari kestabilan itu sendiri di tengah banjir kotbah yang membuat kehilangan spontanitas. Imaji-imaji liar kadangkadang menakutkan, karena melampaui pemandangan dari dunia nyata.Â
Apakah dunia itu sesungguhnya memang sadis dan kejam atau cara kerja emosi yang selalu hiperbolis. Tapi, pada lukisan lain nampak, Sogik meragukan kembali apa yang keluar dari imajinya itu. Ia kemudian mencari keseimbangan dengan nilai-nilai harmoni, kasih, kesatuan, dan lain sebagainya.
 Bahkan, ia merindukan masa lalu yang damai tentram seperti bening air di sungai. Terkesan ada sesuatu Tarik ulur antara, pergolakan, kegelisahan, kadang-kadang juga kebingungan. Di sini lukisan seperti semacam saluran di mana ia mengalirkan pertanyaan, dan ketidakmengertiannya mengenai realitas ysnh kerapkali saling bertolak belakang" .
Pameran berlangsung dari tanggal 27 Nopember 2021 hingga 28 Desember 2021 melalui 2 cara yakni online melalui link website: Cemara 6 Galeri Museum; IG: @cemara6galerimuse; email: bpmsd@uksw.edu; facebook bpmsd uksw; Instagram: @bpmsd.uksw. Cemara 6 Galeri-Museum juga menerima pengunjung pameran melalui offline dengan ikuti protokol kesehatan yang ditentukan dalam kaitan dengan covid 19.
Masa hampir sebulan pameran ini diisi 5 acara diskusi webinar. Diskusi pertama berupa Art Talk untuk membahas lukisan Sogik Prima Yoga pada tanggal 30 Nopember 2021 pukul 13.30 hingga pukul 16.00 WIB.Â
Webinar ini akan membahas siapa Sogik Prima Yoga melalui video, paparan Esthi Susanti sebagai kurator kontent yang ditanggapi oleh kurator estetikanya bernama Asikin Hasan. Webinar ini dimoderatori oleh Riwanto Tirtosudarmo. Acara ini ditutup dengan tarian Soiah Bawa dari Sitras Anjili-pemimpin Padepokan Seni Tjipta Boedaja dari lereng gunung Merapi.
Sumber tulisan sendiri :Â www.mediapatriot.co.id