Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Tafsir Semiotik di Balik Isu Pencopotan TSY

19 Juli 2020   18:24 Diperbarui: 22 Juli 2020   05:42 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya ilustrasi | Ilustrasi milik: Kompas/Handining

Rangkaian kesusksesan itu lalu menjelma tiket bagi TSY menjadi ikon politik Butta Panrita Lopi. Jejak kiprahnya di gelanggang politik kerap jadi bahan bincang, tidak hanya di lokal Bulukumba, tetapi juga di Makassar dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Sebagai tokoh muda, ia bahkan diprediksi bakal menjadi tokoh politik Sulsel masa depan, bahkan nasional. Why Not?

Analisa ini bukan sesuatu yang tak berdasar. Karakter politik yang diperankan TSY memang unik. Ia memiliki differensiasi politik yang menjadi daya pembeda dengan tokoh dan politisi lain. Humanis, hangat, bersahabat, dan di terima oleh seluruh kalangan adalah sebagian kecil dari potensi yang melekat dalam diri TSY.

Lebih dari semua itu, terpendam mimipi tentang ide dan gagasan besar menuju Bulukumba masa depan. Ia membawa warna baru di kancah gelanggang perpolitikan Butta Panrita Lopi.

Saya menduga, petinggi Partai Nasdem di masa lalu pun melihat hal yang sama sehingga merangkul TSY menjadi bagian dari keluarga besar partai bertagline Restorasi Indonesia ini.

Sebagai Pelaksana Tugas Ketua DPD Nasdem Bulukumba, TSY diserahi amanat menata, mengelola, dan mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam menghadapi Pemilu Legislatif tahun 2019.

Sekali lagi, kapasitas TSY menjadi headline di sejumlah media mainstream. Pleno KPUD Bulukumba tentang rekapitulasi perhitungan suara pemilu legislatif 2019 menetapkan Partai Nasdem sebagai peraih suara terbanyak dengan jumlah 30.409 suara. Disusul Partai Golkar dengan 25.711 suara, PPP meraih 25.559 suara, Gerindra 25.267 suara, dan PAN 21.952 suara, (fajar.co.id).

Kembali pada pertanyaan di atas. Tapi kok dicopot?

Apakah TSY sudah kehilangan daya pikat?

"TSY dicopot karena dianggap tidak mampu menjalankan roda organisasi," begitu kata Ketua Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPW Nasdem, Tobo Haeruddin, seperti dikutip Trotoar.id.

Mendengar alasan itu, kita seperti tergelitik geli. Rasanya ingin tertawa tapi takut dosa. Jadi kita bilang saja, "Ah ... Masa sih, benarkah?"

TAFSIR SEMIOTIK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun