Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Tafsir Semiotik di Balik Isu Pencopotan TSY

19 Juli 2020   18:24 Diperbarui: 22 Juli 2020   05:42 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya ilustrasi | Ilustrasi milik: Kompas/Handining

SEMIOTIKA-(Yunani: semeion yang berarti tanda) adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu; metafora. Proses mewakili itu terjadi pada saat tanda itu ditafsirkan hubungannya dengan yang diwakilinya yang disebut semiosis.

Membaca pencopotan TSY sebagai sebuah 'tanda', menuntun kita menemukan beberapa makna tersirat. Karena pertimbangan ruang, tulisan ini hanya memuat 2 poin makna saja.

Pertama, Partai Nasdem tidak menghendaki TSY maju sebagai calon bupati pada Pilkada Bulukumba, 9 Desember mendatang.

Jauh-jauh hari sebelum isu pencopotan ini beredar, telah berhembus kabar (baca: tanda) bahwa Partai Nasdem tidak akan mengusung TSY. Sebaliknya, partai peraih 5 kursi di DPRD Bulukumba ini justru disebut-sebut akan mengusung calon dari kader partai lain. Kader Nasdem sendiri hanya diposisikan sebagai calon wakil bupati.

Rasanya agak terkesan ironis. Terlepas dari apa pertimbangan dan kalkulasi politis elit Nasdem yang sebenarnya, tetapi nalar publik akan menemui jalan buntu dalam merasionalisasi realitas politik ini. Sebuah partai besar, peraih kursi pimpinan DPRD tapi justru meragukan kemampuan kader dan partainya sendiri.

Hal ini bisa berdampak kurang baik bagi citra partai. Sebab bisa jadi, kebuntuan penalaran publik memicu lahirnya kesimpulan seadanya. Kita semua tentu tidak rela jika publik menyimpulkan bahwa strata politik kader Partai Nasdem Bulukumba pada pilkada nanti hanya layak untuk posisi sebagai calon wakil bupati. Tidak untuk calon bupati! Tragis, bukan?


Kedua, pencopotan TSY bisa dimaknai sebagai sebuah kemurkaan partai pada kadernya. Boleh jadi, TSY dianggap telah melakukan pelanggaran aturan organisasi yang sangat fatal.

Jika asumsi ini benar, barangkali sikap politik TSY yang tetap kukuh ingin maju sebagai calon bupati adalah alasannya.

Sejauh ini, TSY memang terjun ke masyarakat bersosialisasi sebagai calon bupati. Berpaket dengan Andi Makkasau, TSY hanya berbekal dukungan dari partai lain, yakni PDIP, PKB dan PBB, dengan mengabaikan lampu hijau dari Nasdem, partai yang dipimpinnya.

Pada sisi ini, ada benarnya. TSY bisa dianggap telah melanggar peraturan organisasi. Sebagai organisasi modern, penting menjaga citra dan wibawa partai. Oleh karena itu, sanksi tegas termasuk pencopotan adalah hal yang wajar.

Sebagai perimbangan cara pandang, kurang fair rasanya jika tidak menelaah persoalan ini dari persfektif lain. Sebutlah misalnya mengapa Partai Nasdem tidak mendukung TSY sebagai calon bupati? Padahal kita tahu bahwa TSY bukan hanya kader biasa, tetapi juga pimpinan tertinggi partai di Bulukumba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun