Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Honorer: Pengorbanan Tanpa Batas, Penghargaan yang Tak Kunjung Datang

20 Mei 2024   14:29 Diperbarui: 20 Mei 2024   15:16 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Menjadi seorang guru merupakan pengabdian mulia yang seharusnya dihargai setinggi-tingginya. Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya bagi ribuan guru honorer di Indonesia. Mereka bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa, mengabdikan diri untuk mencerdaskan anak bangsa, tetapi nasib mereka terombang-ambing dalam ketidakpastian birokrasi.

Menjadi guru honorer bukanlah pilihan yang diinginkan oleh banyak orang. Ketidakpastian jenjang karir, gaji yang tidak layak, serta minimnya jaminan kesejahteraan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh para guru honorer. Namun, mereka tetap bertahan demi mengejar cita-cita mulia untuk mendidik generasi penerus bangsa.

Kisah pilu guru honorer seringkali terlupakan dalam kebisingan politik dan birokrasi. Mereka bekerja dengan sepenuh hati, meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing para siswa, namun imbalan yang mereka terima tidak sepadan dengan pengorbanan yang telah diberikan.

Salah satu masalah mendasar yang dihadapi oleh guru honorer adalah sistem pengangkatan yang rumit dan tidak transparan. Proses birokrasi yang panjang dan berbelit-belit seringkali membuat mereka frustrasi dan kehilangan harapan. Banyak guru honorer yang telah mengabdi selama bertahun-tahun, namun masih belum mendapatkan kepastian status kepegawaian.

Selain itu, tuntutan administratif yang berlebihan juga menjadi beban tambahan bagi para guru honorer. Mereka harus memenuhi berbagai persyaratan dan melengkapi dokumen-dokumen yang seringkali terkesan hanya formalitas belaka. Alih-alih fokus pada tugas utama mengajar, mereka harus meluangkan waktu dan energi untuk mengurus tumpukan berkas birokrasi.

Gaji yang tidak layak juga menjadi permasalahan yang tidak kalah krusial. Banyak guru honorer yang hanya menerima upah di bawah standar, bahkan ada yang digaji dengan nominal yang tidak mencukupi kebutuhan hidup layak. Ironinya, mereka adalah tulang punggung pendidikan yang bertugas mendidik generasi penerus bangsa.


Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan tidak sesuai dengan semangat pendidikan yang seharusnya menghargai para pendidik. Guru honorer layak mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang setara dengan guru tetap lainnya. Mereka telah mengorbankan banyak hal demi mencerdaskan anak-anak bangsa, namun sayangnya pengorbanan tersebut seringkali tidak diapresiasi dengan semestinya.

Sudah saatnya pemerintah dan pemangku kebijakan memperhatikan nasib para guru honorer. Mereka bukan hanya tenaga kerja kontrak yang mudah diganti, melainkan pahlawan tanpa pamrih yang telah berkontribusi besar dalam membangun fondasi pendidikan bangsa.

Solusi yang dapat ditempuh antara lain dengan memperbaiki sistem pengangkatan guru honorer menjadi lebih transparan dan adil. Kriteria yang jelas dan proses seleksi yang akuntabel harus diterapkan agar para guru honorer yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dapat diangkat menjadi guru tetap.

Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan guru honorer dengan memberikan gaji yang layak dan tunjangan yang memadai. Tidak adil jika mereka harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidup sementara tugas mereka begitu mulia dalam mencerdaskan anak bangsa.

Perbaikan sistem birokrasi juga sangat diperlukan agar guru honorer tidak lagi terbebani dengan tuntutan administratif yang berlebihan. Proses birokrasi harus disederhanakan sehingga mereka dapat fokus pada tugas utama yaitu mengajar dan mendidik para siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun