Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Siti Fadila Supari: Bisa Saja Amerika dan China Hanya Korban, Lalu Siapa di Balik Pandemi?

23 Mei 2020   14:32 Diperbarui: 23 Mei 2020   16:00 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita harus fokus pada sumber munculnya infeksi awal dan berhasil menyerang manusia di seluruh dunia. Jika benar ini konspirasi, situasi ini tetap tidak akan menguntungkan masyarakat dunia karena virus sudah terlanjut menyebar dan dunia nyaris tidak punya informasi detail tentang Covid-19. 

Wallace melanjutkan bahwa virus atau patogen-patogen yang semulanya disimpan atau dikurung di tempat tertentu baik secara alamiah maupun buatan manusia menyebar ke dalam peternakan lokal dan komunitas manusia. Permasalahannya adalah apakah penyebarannya terjadi secara alamiah atau artifisial. Sampai saat ini tidak ada jawaban pasti terkait hal ini.

Secara natural, patogen-patogen baru seharusnya terjaga oleh ekologi hutan. Namun saat proyek-proyek milik neoliberal merampas tanah dan sumber daya negara-negara miskin, maka saat itulah virus dan patogen mematikan lainnya keluar dari ekologi alamiahnya dan mengancam dunia. 

Bahkan negara-negara maju pun ikut menjadi korban, sehingga dengan bukti yang minim, sangat tidak adil menyalahkan salah satu negara penyebab pandemi. Saling tuduh antar negara justru bentuk lain dari politisasi pandemi yang berusaha merebut pasar vaksin dan obat dunia. Saat ini, negara-negara adidaya sibuk mencari data dan bukti untuk saling menyalahkan dan menjatuhkan serta mencari-cari pihak yang paling bertanggung jawab atas pandemi yang terjadi saat ini.

Ideologi kapitalisme agrikultur ini benar-benar ideologi mematikan karena dianggap mampu merancang dan membentuk ekologi artifisial yang seolah-olah merupakan ekologi alamiah. Dari sinilah bencana berasal yang menjadikan virus dapat berevolusi menjadi fenotip paling mematikan.

Untuk mencegah pandemi baru yang akan datang reformasi produksi pertanian harus transparan dan serta berusaha mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat aktivitas produksi pangan, serta menciptakan sirkulasi pangan yang adil dan bebas dari tekanan ekonomi liberal. 

Alternatifnya, model agribisnis yang merugikan harus dihentikan untuk keselamatan kesehatan masyarakat. Mungkinkah Covid-19 menjadi pandemi terakhir ke depan? Jawabannya adalah mungkin saja, jika manusia masa depan berhasil merekatkan kembali antara keseimbangan ekologi dan ekonomi. Harus terciptanya agroekologi yang melindungi lingkungan dan petani desa.

Rob Wallace juga mengakui bahwa negara yang memiliki solidaritas sosial yang baik merupakan salah satu senjata ampuh melawan pandemi. Idealnya, solidaritas harus berdampingan dengan kebijakan karantina wilayah yang menjamin semua kebutuhan pangan dan keamanan masyarakat. 

Saat ini virus sudah menyebar luas bahkan di Indonesia jumlah kasus positif Korona sudah mencapai 20.796 kasus dan belum ada tanda-tanda akan melambat jumlah positifnya. Tanggal 5 Juni direncanakan pelonggaran PSBB oleh pemerintah namun pemerintah harus benar-benar tidak menerapkan kebijakan coba-coba yang dapat memperburuk situasi pandemi di Indonesia. 

Selain itu, saat PSBB dilonggarkan, praktik suap harus secara masif diawasi dikhawatirkan ada penumpang gelap yang ikut menikmati proses pelonggaran ekonomi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun