Mohon tunggu...
Irvan Abdi Bastian
Irvan Abdi Bastian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mari belajar bersama.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Film Hanya Bisa Dibuat dengan Gear yang Canggih?

6 September 2021   01:55 Diperbarui: 6 September 2021   02:06 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dengar kata film siapa sih manusia di bumi ini yang tidak mengenalnya? Mungkin sebagian dari kalian setelah menonton film yang keren pasti pernah berpikir "Wah film seperti ini pasti hanya bisa dibuat dengan gear yang canggih".

Ya, saya pun pernah berpikir demikian bahwasanya kalau film yang bagus itu hanya bisa di produksi lewat kamera yang bagus, komputer yang canggih untuk mengedit dan lain sebagainya. Tetapi di zaman yang serba digital seperti sekarang ini teknologi berkembang begitu pesat bahkan memproduksi film itu tidak serta merta harus menggunakan gear yang bagus terkhususnya kamera.

Berbicara hubungan antara kamera dengan film tentu sudah jelas dua hal ini tidak dapat dipisahkan (selain beberapa hal yang diperlukan dalam memproduksi sebuah film). Tahukah kalian bahwa ada satu film asli karya anak bangsa yang diproduksi menggunakan kamera handphone?

"Cai Lan Gong (2015)" merupakan sebuah film bergenre horror buatan Derryl Imanalie dan David Poernomo. Diproduksi menggunakan kamera smartphone Samsung Galaxy Note 4 dan Samsung Galaxy Note 5 masing-masing memiliki fitur kamera 16 megapiksel (MP). Bahkan film tersebut berhasil meraih rekor MURI sebagai film bioskop pertama yang menggunakan smartphone dengan resolusi 4K.

Dalam film tersebut dikisahkan asal mula dari permainan Jelangkung menurut legenda Cina disebut Cai Lan Gong. Cai Lan Gong sendiri merupakan sebuah benda yang di dalamnya terdapat sebuah arwah manusia.  Di Indonesia terdapat orang yang merupakan pewaris asli dari permainan Cai Lan Gong dan masih hidup sampai sekarang, seorang kakek dikenal dengan nama Akung yang diperankan oleh Ronny P. Tjandra memutuskan untuk mewarisi ilmunya itu kepada cucu perempuannya, Eileen (Ineke Valentina).

Seharusnya ilmu ini hanya bisa diturunkan kepada anak atau cucu laki-laki tetapi Akung tidak memilikinya maka dengan terpaksa ia melakukannya kepada Eileen. Pada proses upaca pewarisan ilmu Cai Lan Gong terdapat beberapa orang lagi yakni Mary (Putri Ariani) seorang fotografer yang ingin mendapatkan foto "out of the box" dan Rhama (Rezca Syam) sahabat Mary, mereka memaksa untuk ikut upacara pewarisan Cai Lan Gong yang dilaksanakan oleh Akung, Chandra (Anthony Xie) asisten Akung dan Eileen sendiri, tetapi pada proses upacara tersebut terdapat kesalahan yang membuat arwah marah dan dari sinilah malapetaka menimpa mereka semua.

"Salah satu alasan kami menggunakan smartphone karena penggunaannya lebih universal dan ini dapat dikatakan merupakan sebuah revolusi dalam pembuatan film," ungkap Derryl Imanalie ketika ditemui di acara pengumuman dukungan Samsung untuk film 'Cai Lan Gong', Kamis (15/10/2015).

Tak sampai situ saja diluar negeri pun terdapat hal yang sama tepatnya di kota Kaduna, Nigeria.  Godwin Josiah dengan para sepupunya membuat sebuah komunitas yang mereka namakan The Critics. Beranggotakan 8 orang, komunitas tersebut berhasil memproduksi beberapa film pendek dengan durasi hingga 10 menit bertemakan Sci-Fi (Science Fiction) bahkan nama mereka tengah viral dibicarakan warganet dari berbagai penjuru dunia.

Mengejutkannya dalam proses pembuatan film, The Critics tidak menggunakan alat-alat yang canggih seperti para filmaker profesional melainkan kamera smartphone yang kondisinya cukup parah retak pada layar, beberapa alat daur ulang seperti tripod yang terbuat dari dudukan microphone yang rusak, kain hijau berfungsi sebagai greenscreen yang dibeli mereka dengan menabung selama sebulan serta dalam proses editing pun belajar secara otodidak di YouTube.


Film pertama mereka berjudul "Redemption" yang rilis pada tahun 2016. Diketahui film tersebut terinspirasi dari kisah yang mereka alami sendiri yakni keterbatasan atau lemahnya jaringan internet dan listrik di desa tempat mereka tinggal. Di dalam film tersebut diceritakan dua bocah laki-laki yang membuat bahan bakar bio organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun