Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tantangan Qatar untuk Dunia Arsitektur

22 November 2022   11:17 Diperbarui: 23 November 2022   08:00 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Ahmad Bin Ali (Anthony Dibon/Icon Sport via Getty Images)

Stadion Education City (di Al Rayyan) oleh Fenwick Iribarren bersama BDP Pattern

Stadion ini awalnya dirancang oleh firma arsitektur Spanyol, Fenwick Iribarren. Namun, ketika klien (Qatar) mengubah rute pengadaan menjadi desain dan membangun, desain akhir dan implementasi proyek ini diserahkan ke BDP Pattern. Meski bentuk stadion sebagian besar tak berubah, namun BDP Pattern mengurangi ukurannya.

Fenwick Iribarren mengerjakan dua stadion lainnya, dan BDP Pattern juga merancang Stadion Ahmad Bin Ali. Kontras dengan Ahmad Bin Ali, yang memiliki fasad yang ringan dan lebih banyak “pori”, maka Education City lebih “berotot”. Bagian luarnya tidak aneh-aneh dibanding stadion-stadion lainnya. Education City jelas adalah stadion dengan arsitektur yang lebih koheren, dengan garis-garis yang jelas dan desain yang tak rumit.

Setelah Piala Dunia selesai, kapasitas akan dikurangi dari 40.000 menjadi 20.000. Dan, stadion akan digunakan oleh cabang-cabang olahraga lain dan juga dipakai oleh institusi pendidikan sebagai bagian dari kampus Education City.

Lalu, 20.000 kursi yang dilepas akan disumbangkan dan dipakai ulang untuk stadion baru di negara berkembang.

BDP Pattern mengatakan bahwa stadion ini awalnya dirancang sebagai “berlian yang berkilau”. Namun, bentuk akhirnya malah lebih mirip bangunan industri atau di film-film fisik ilmiah ketimbang batu permata.

Stadion Education City (Christian Charisius/picture alliance via Getty Images)
Stadion Education City (Christian Charisius/picture alliance via Getty Images)

Stadion Khalifa International (di Al Rayyan) oleh Dar Al-Handasah bersama Fenwick Iribarren

Stadion ini pertama kali diresmikan pada 1976. Desain aslinya adalah tempat terbuka dengan sedikit atap atau pelindung di atas tribun-tribun. Stadion ini pernah menjalani renovasi pada 2005 untuk persiapan Asian Games 2006.

Lalu, untuk Piala Dunia 2022, renovasi diawasi oleh Dar Al-Handasah bersama Fenwick Iribarren Architects, sebuah firma asal Spanyol dengan portfolio mengesankan dalam hal stadion sepak bola.

Dari sudut pandang arsitektur, stadion ini memiliki desain yang paling tak ambisius. Para arstitek terbentur pada struktur yang sudah ada. Namun, tetap saja ada perbedaan antara desain lama dan baru, terutama di bagian dalam, di mana terdapat atap bergelombang yang menciptakan ketenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun