Masya Allah! Saya baru tahu. Benarkah seperti itu penyebab anosmia pada Covid-19?
Setelah membaca itu, saya jadi yakin, bahwa saya terjangkit flu kelas berat, dan bukan Covid-19. Insya Allah.
Senin, 1 Agustus
Ah, sudah bulan baru. Saya mengawalinya dengan anosmia. Tapi, sudah mulai ada bau-bauan yang mampir. Konyolnya, hanya bau-bau tak enak yang tercium. Misalnya, tadi ada pak tukang sampah mampir mengambil sampah rumah tangga. Bau gerobak yang berisi sampah itu, bukan main.
Namun, ketika saya menyemprotkan parfum ruangan, tak ada satu tetes pun bau yang mampir ke hidung saya. Sentimen banget ini hidung!
Oh ya, suara saya juga masih sengau, bindeng. Merdu sekali kedengarannya.
Saya sudah berhenti mengonsumsi obat flu dan obat batuk yang saya sebut di atas. Saya sudah menggantinya dengan parasetamol. Batuk masih ada, anosmia masih ada. Troches juga masih saya konsumsi, walau tak banyak.
Saya juga tetap minum multivitamin seperti biasa. Minyak ikan juga. Badan saya sudah jauh lebih enak, meski masih sering mengantuk. Dan, suhu tubuh saya selalu normal, sekitar 36,2 hingga 36,4 derajat C.
Yang pasti, saya sudah kembali berselera untuk menulis di Kompasiana. Beberapa hari kemarin, saya sama sekali tak mau melihat laptop. Saya hanya memberi komentar beberapa artikel beberapa Kompasianer melalui hape.
Kini, saya sudah mulai menulis lagi dan jadilah tulisan ini. Sehat selalu, Kompasianer semua. Terima kasih sudah membaca artikel saya yang tak berguna ini.