Keluasan hati sedalam samudera untuk membuka pintu maaf adalah sesuatu yang sangat langka pada saat ini. Memang sangat sulit memaafkan jika hati benar-benar terpuruk dan marah atas hal buruk yang dialami. Namun, bukan berarti sebagai manusia kita tak bisa berdamai dengan situasi sulit yang terjadi. Tentu perlu rumus tinggi untuk menapaki level sang pemaaf. Rumus itu telah Islam ajarkan pada tiap pemeluknya, sesuai firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah:153, yang artinya :
" (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. "
Pemaaf atau memaafkan adalah salah satu sifat Rasulullah yang wajib kita ikuti. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menebar kasih sayang di muka bumi. Sifat kasih sayang itulah yang membuat Rasulullah mudah memaafkan setiap jengkal kesalahan orang lain.Â
Mengapa kita tidak belajar dari Rasulullah sebagai manusia terbaik di hadapan Allah?
Memaafkan bukan berarti melupakan, namun memberi kesempatan pada orang lain untuk berbenah diri atas kesalahan yang dilakukan. Tak perlu merasa kalah atau malu, bahwa memaafkan bukan bentuk sifat kepasrahan melainkan cara kita berikhlas dan memanusiakan diri secara penuh.Â
Mengapa perlu memaafkan? karena Tuhan saja Maha Pemaaf atas dosa-dosa buruk manusia.