Mohon tunggu...
Irsyad Mohammad
Irsyad Mohammad Mohon Tunggu... Sejarawan - Pengurus PB HMI, Pengurus Pusat Komunitas Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), dan Alumni Ilmu Sejarah UI.

Seorang aktivis yang banyak meminati beragam bidang mulai dari politik, sejarah militer dan sejarah Islam hingga gerakan Islam. Aktif di PB HMI dan Komunitas SATUPENA. Seorang pembelajar bahasa dan sedang mencoba menjadi poliglot dengan mempelajari Bahasa Arab, Belanda, Spanyol, dan Esperanto.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Boikot Produk Pro-Israel, Mungkinkah?

29 Februari 2024   19:23 Diperbarui: 29 Februari 2024   19:23 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun bila kita maknai secara positif aksi boikot ini, maka bisa dipergunakan sebagai momentum kebangkitan industri dalam negeri. Kita bisa membangkitkan waralaba lokal agar kemudian mendunia sehingga bisa menjadi tandingan bagi waralaba-waralaba yang dituding pro-Israel, toh selama ini waralaba asing selalu punya saingan waralaba lokal yang punya cabang tidak kalah banyak di Indonesia. Umat pun bisa membangkitkan UMKM yang ada agar menjadi industri kelas dunia. Kita pun bisa mendirikan industri yang memproduksi produk pengganti dari produk yang selama ini dituding pro-Israel.

Bila aksi boikot hanya dikerjakan serampangan, tanpa dipikirkan membentuk industri substitusi atas barang-barang yang dituding pro-Israel ataupun tanpa upaya kita sendiri mendukung waralaba dan produk lokal, maka kisah sedih Uganda akan terulang di Indonesia. 

Kita bisa melihat Korea Selatan & Jepang, mereka memiliki banyak sekali waralaba makanan cepat saji yang mampu bersaing dengan waralaba cepat saji dan juga produk-produk yang mampu bersaing dengan produk yang dikatakan pro-Israel, bahkan cabang waralaba Jepang & Korea Selatan itu ada di Indonesia, termasuk produk-produk Jepang & Korea Selatan di Indonesia. 

Rakyat di kedua negara tersebut membeli produk buatan negaranya dengan semangat nasionalisme, tanpa adanya seruan boikot terhadap produk asing. Inilah yang harus kita pikirkan, langkah strategis apa yang perlu diperbuat oleh umat Islam atas fakta ini? Bila kita kembali pada pertanyaan awal, apakah memboikot itu mungkin? 

Tentu saja mungkin tinggal kita lihat seberapa kuat memboikotnya, karena langkah semacam ini seringkali musiman. Ketika isu Palestina sedang naik, maka keperdulian publik terhadap Palestina tiba-tiba meningkat kemudian orang-orang yang peduli pada isu memboikot produk-produk yang dianggap Pro-Israel; namun ketika isu ini kemudian meredup mereka kemudian lupa dan kemudian membeli kembali produk-produk yang sempat mereka boikot. 

Jika memang harus memboikot, harus dipikirkan juga langkah strategis apa yang harus diambil setelahnya. Jangan sampai kemudian terjadi pemboikot, perusahaan yang diboikot tutup dan terjadi pengangguran besar-besaran dan tidak adanya industri pengganti produk-produk tersebut. 


Memang pertanyaan-pertanyaan semacam ini bukanlah hal yang mudah untuk dijawab, semua yang dibahas penulis ini hanya pemantik agar kita berpikir lebih kritis dalam menghadapi problematika ini. 

Penulis pun dalam hal ini belum punya kuasa untuk memberi langkah kongkrit atas masalah ini dan hanya bisa berdoa. Semoga Allah SWT selalu melindungi orang-orang Palestina dan suatu saat Palestina bisa merdeka di bawah solusi 2 negara, serta terjadi perdamaian di Timur Tengah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun