Mohon tunggu...
Jaka Tarub
Jaka Tarub Mohon Tunggu... wiraswasta -

mahasiswa tingkat ahir STAIN Salatiga, masih belajar menulis, mencari jati diri. memulai menulis saat kuliah, beberapa tulisan di muat dalam beberapa antologi spt. bicaralah perempuan(leutika:2011) antologi CSB, antologi lagu opick inspirasiku, dan lukisan cinta nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Sang Mentari Senja (Parangtritis)

5 Desember 2011   17:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"tempat ini yang mempertemukan kita" "iya, apa karena itu kamu ingin kita bertemu untuk yang terakhir kali di tempat ini?" "mungkin..... maafkan aku ya.." "tak ada yang perlu dimaafkan, kita punya jala yang berbeda bukan?" "iya..." ombak-ombak besar pantai laut selatan begitu menggebu ingin mencapai darata lebih jauh, saling berlomba bersama ombak kecil lain, dan terkadang sang ombak kecil harus mengalah menmbiarkan sang besar menacapai lebih dulu. angin sepoi pun menyapu wajahku, juga kerudungnya yang menghias cantik di kepalanya. setapak demi setapak aku lalui bersamanya, berjalan pelan, mungkin untuk yang terahir kali hal ini kami lakukan. sesekali sisa-sisa deburan ombak menyapa kaki kami berdua dan menghapus bekas tapak kaki mungil kami. hilang seperti sedia kala, kembali menjadi susunan pasir baru,seperti kisah kami. "semoga kamu bahagia dengan dia" ucapku lirih, berharap dia tak mendengarnya. "kamu juga.." jawabnya lirih namun tetap saja kami bisa saling mendengar, karena hati kami. "andai kamu tak menghianati cinta ini" lanjutnya masih dengan nada lirih, "maafkan aku.." tak terasa air mataku berlinang, lalu terhempas tak melewati pipiku dan bersatu bersama percikan ombak pantai parangtritis. kami berdua duduk bersading di sebuah batu, di ujung timur pantai. pandangan kami hilang ditelan luasnya pantai. "andai waktu masih bisa kembali, aku ingin tetap menjaga cinta ini.." "sayangnya semua itu hanya penyesalan yang terlambat""bukankah tak ada yang terlambat?" tegasku "maksudmu?" tanyanya mencoba mencari jawaban dari kataku "di kehidupanselanjutnya, aku ingin menemuimu, lalu membutakan mataku hingga aku tak tergoda dengan wanita lain" jelasku "heehee, jangan berhayal" senyumya . kami menyadari, bahwa takdir kami bukanlah bersatu, waktu 3 tahun tak menjamin untuk menjadi pasangan sehidup semati. langit di ujung barat sedikit memerah, mataharipun hanya tampak separuh. menandakan perpisahan pada pantai, pada hari itu dan pada kami. tapi senja tetap memberi janji, esok dia akan datang lagi, menyulam senyum dan menabur kehangatan untuk dunia yang sama. "rul, selamat tinggal" ucapnya seraya berjalan menjauhiku. aku hanya terdiam membisu, merasakan air mataku maengalir deras, bahkan sang anginpun tak dapat menerbangkan butiran air mataku. bukan hanya aku, tapi dia juga. air matanya ikut memantulkan cahaya senja yang memerah. kami tahu, kami masih saling mencintai, hanya saja waktu dan keadaan yang memaksa kami untuk tak bersama dan itulah takdir kami. namun pesan sang matahari senja tak akan pernah kami lupakan. kembali lagi hari esok, dengan harapan baru namun masih dengan cinta yang sama. aku selalu mencintaimu Fahlevi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun