Saya percaya bahwa pendidikan digital di sekolah dasar bukan hanya soal perangkat dan jaringan internet. Lebih dari itu, pendidikan digital adalah tentang bagaimana guru dan kepala sekolah hadir sebagai penuntun bagi anak-anak untuk mengenal dunia teknologi dengan bijak dan percaya diri. Keyakinan inilah yang mendorong saya melakukan sebuah penelitian pada bulan Juli hingga Agustus Tahun 2025. Saya berkesempatan meneliti di 11 Sekolah Dasar Negeri di 10 kecamatan di wilayah Kota Tasikmalaya.
Apa yang Saya Cari?
Pertanyaan yang saya bawa sederhana yakni "sejauh mana kepemimpinan digital dan kompetensi pedagogik guru memengaruhi kemampuan literasi digital serta efikasi diri siswa?" Bagi saya, literasi digital bukan sekadar bisa mengoperasikan perangkat. Literasi digital bermakna anak-anak mampu memahami, menilai, dan menggunakan teknologi secara cerdas. Sementara efikasi diri adalah keyakinan mereka bahwa mereka mampu belajar dan menghadapi tantangan, termasuk tantangan dunia digital.
Apa yang Saya Temukan?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan digital memang memberi pengaruh pada literasi digital dan rasa percaya diri siswa. Namun, peran guru dengan kompetensi pedagogiklah yang lebih dominan. Saya menemukan, guru yang mampu menyesuaikan cara mengajar dengan kebutuhan anak bukan hanya menyalin bahan dari internet atau aplikasi, namun mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Siswa yang awalnya ragu-ragu untuk mencoba, perlahan berani hingga akhirnya percaya diri. Semua itu terjadi karena ada guru yang hadir, membimbing, dan menuntun dengan cara yang tepat. Kepemimpinan digital guru juga penting. Mereka menciptakan lingkungan yang mendukung, menyediakan akses, dan memberi ruang inovasi bagi guru. Tetapi tanpa sentuhan pedagogik guru, perangkat digital hanyalah benda mati.
Mengapa Penting?
Bagi saya, pesan dari penelitian ini yakni menekankan bahwasannya pendidikan digital tetap bertumpu pada manusia, bukan semata teknologi. Anak-anak butuh guru yang bisa menjadi jembatan, bukan hanya pengguna teknologi serta mampu memimpin dengan visi digital, juga mampu menghadirkan pembelajaran yang interaktif dan bermakna. Saya percaya bahwa jika kepemimpinan digital dan kompetensi pedagogik berjalan seiring, siswa kita akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya melek digital tetapi juga percaya diri, kritis, dan kreatif.
Dari Tasikmalaya, Untuk Indonesia
Pengalaman saya di 11 sekolah dasar ini mengajarkan bahwa transformasi digital pendidikan tidak bisa hanya berhenti pada infrastruktur. Ia harus hadir dalam hati guru, dalam semangat belajar siswa, dan dalam visi pemimpin sekolah. Saya berharap, apa yang saya temukan di Tasikmalaya ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia. Karena pada akhirnya, masa depan pendidikan digital Indonesia ada di tangan guru-guru kita dan keberanian anak-anak kita untuk percaya diri menghadapi dunia yang terus berubah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI